Menunggu Kamu.
Aku menunggu dalam hening.
Ketika orang-orang disekitarku bisa berbagi cerita dengan seseorang disebelahnya, aku hanya terdiam mendengarkan hati dan pikiran yg terus-terusan berbicara. Kita berbicang dan berdebat hebat tentang kamu.
Tentang apakah aku harus berhenti menunggu?
atau menunggu lebih lama lagi?
Layaknya pada pilihan baik dan lebih baik. Berjalan atau berlari. Menunggu sekarang, atau menunggu lebih lama…
Bukan! ini bukan tentang kamu, Bukan juga tentang aku. Tapi ini tentang rasa yg membuatku terus-terusan terjebak dalam dua pilihan yg itu-itu melulu.
Menunggu…
Kita pernah berjanji, bukan untuk selalu bersama, tapi berjanji untuk tidak berjanji akan masa depan. Itu adalah janji paling manis yg pernah kita buat. Mulutmu dan mulutku tidak berjanji seperti mereka-mereka diluar sana dengan janji-janji muluknya.
Dengan lengkungan senyum kecilmu hari itu, kamu mengajakku berjanji untuk menikmati hari ini. Berjanji menolak untuk berjanji tentang masa depan.
Aku sempat gusar dan bertanya-tanya, apa tujuanmu mengajariku berjanji seperti itu? tapi kini setelah kamu pergi, aku disini menunggu dan berfikir kembali tentang janji itu.
Perlahan-lahan aku tersenyum kecil dan mulai menyadari keluar-biasaan dirimu hari itu. Aku mulai menyadari, mungkin jika kita berjanji layaknya para pasangan lain diluar sana, mungkin aku sekarang disini hanya sedang menunggu sebuah kesia-siaan. Kesian-siaan dalam menunggu dan membunuh waktu.
Terimakasih telah mengajariku berjanji.
Berjanji untuk menikmati setiap detiknya tanpa berjanji akan masa depan.
Karena pada akhirnya, di masa depan sekarang ini, aku jadi lebih mengerti mengapa aku masih menunggumu. Menunggu kita. Menunggu agar dua anak kecil itu kembali bisa berjanji untuk menepati janji-janji yg pernah mereka janjikan dulu.
27.04.17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar