Hae Soo diangkat kepangkuan
Wang So ketika hampir terjatuh ke sungai. Dia masih syok dan menatap ke arah
Wang So terus menerus sambil menunggang kuda.
Setelah bermanis – manis diatas
tunggangan mereka, Wang So bergegas mendorong Hae Soo dari atas kudanya. Sontak
Hae Soo terjatuh ditanah sambil meringis kesakitan. Dia berteriak marah dan
menyuruh Wang Soo untuk jangan pergi. Bagaimana bisa kau melempar manusia
seperti karung? Dan kenapa kau menunggang kuda dengan kecepatan tinggi disaat
banyak orang? Bukankah manusia lebih penting daripada mobil... maksudku kuda.
Wang So tersenyum sinis sambil
menarik tali kudanya. Kuda itu merespon dengan ringkikan dan mengangkat kedua
kaki depannya tinggi tinggi. Jelas saja Hae Soo langsung mundur takut kena
sepak.
Sekali lagi Wang Soo tersenyum
kecil dan pergi.
Seorang Ahjumma menyarankan
agar Hae Soo melupakan semua kejadian ini. Hae Soo masih tak terima dong, dia
mau melapor pada polisi. Ahjumma langsung bergidik menasehatinya, apa kau tak
kenal dengan Pangeran Ke-empat? Kau masih hidup saja sudah beruntung.
Hae Soo tak habis pikir harus
bertemu dengan pangeran lagi. Memangnya berapa putra yang dimiliki oleh Raja
Taejo?
Tak lama setelah itu, Chae
Ryung datang dengan sangat tergesa – gesa. Hae Soo bertanya mengenai tamu
dirumah mereka yang posturnya cukup tinggi. Matanya besar, apakah ada tamu
seperti itu dirumah mereka?
Chae Ryung tak menggubris
pertanyaan itu, saat ini masalahnya lebih genting lagi. Putri Yeon Hwa sudah
mencari – cari keberadaan Hae Soo sejak tadi.
Yeon Hwa sedang melakukan
pertemuan dengan para pangeran tampan nan rupawan. Dia menanyakan
keberadaan Pangeran ke-empat yang belum juga menampakkan diri. Wang Eun
menuturkan ketakutannya ketika harus bertemu dengan Pangeran ke-empat. Dia
kemarin tak sengaja menginjak kakinya, tapi Pangeran ke-empat langsung berkata
dengan mengerikan. Apa kau mau mati?
Wang Jung setuju, dia bahkan
saudara satu ibu tapi tak bisa berbicara dengan lancar padanya. Wang Jung juga
selalu menyapanya tapi tak pernah menerima jawaban. Bagi Wang Won, Pangeran
ke-empat punya tendensi untuk merubah mood dalam sekejap.
Suara decitan pintu membuat
suasana ribut para pangeran langsung terhenti. Wang So masuk kedalam ruangan
dan seketika itu pula suasana menjadi menegangkan. Yeon Hwa bersikap tenang dan
menyapa Wang So dengan ramah.
Wang Eun, Wang Jung dan Wang
Won juga langsung menyapanya bak anak patuh kemudian mereka bergegas duduk
dipojokan.
Wang Wook mencoba mencarikan
suasana dengan mengatakan kalau Wang So terlambat. Mereka seharusnya bisa
berlatih untuk ritual.
“Kita bisa melakukannya.” Ucap
Wang So.
Yeon Hwa mengaku kalau mereka
hampir mengirim orang ke Shinju. Dia tak pernah mendengar kalau Wang So akan
kesini.
“Aku sudah disini, ‘kan?”
Yeon Hwa menyarankan agar Wang
So bisa tinggal dirumah mereka selama berada di Songak. Dia ingin mendengar
banyak hal mengenai Shin Ju. Wang Wook membenarkan, Wang So bisa tinggal disana
ketimbang berada dikediaman Ratu.
Wang Yo seolah tersinggung
dengan ucapan mereka, dia menyuruh Wang Wook jangan terlalu memaksakan diri.
Toh Wang Soo lebih tahu bahasa hewan ketimbang bahasa manusia.
“Ah, tak heran.. aku pikir kata
– katamu terlalu jelas.” Sindir Wang So.
Suara ketegangan sedikit
terpecah ketika beberapa pelayan masuk ke ruang pertemuan. Mereka akan
menghidangkan jamuan makan.
Hae Soo masuk ke dalam ruang
pertemuan dengan takut – takut. Dia menutup wajahnya dan bersembunyi dibalik
tiang. Wang Eun sigap menghampiri ketika ia melihat tingkah ajaib gadis yang
satu ini. Dia menarik Hae Soo dengan paksa dan menatap wajahnya lekat – lekat.
“Apa kita pernah bertemu
sebelumnya?”
“Tidak.”
“Kau terlihat familiar. Kau
yang sudah mengintip kita mandi yah?”
“Tidak. Tidak mungkin!” sanggah
Hae Soo.
Wang Eun mengangkat wajah Hae
Soo yang terus menunduk, “benar kok!” serunya.
Hae Soo sontak mengibaskan
tangan Wang Eun dan tanpa sengaja tangannya mengenai nampan berisi minuman.
Nampan itu pun terjatuh hingga menimbulkan keributan. Hae Soo malu hingga
akhirnya dia buru – buru kabur meninggalkan ruangan.
Baek Ah berkomentar bahwa
sikapnya sungguh berubah. Bukankah begitu, hyung? Wang Wook masih tersenyum dan
mengatakan kalau dia tak tahu. Ia tak begitu mengenal Hae Soo.
Yeon Hwa meyakinkan Wang Eun
kalau mungkin dia sudah salah orang. Wang Eun masih mengernyit heran, dia
paling handal kalau disuruh mengenali wajah orang. Dia cukup yakin.
Hae Soo menepuki dadanya agar
bersabar. Kalau dia bisa menghindar hari ini, maka kemungkinan mereka tak akan
bertemu lagi.
Rasa penasaran Wang Eun masih
begitu tinggi, dia akhirnya memutuskan untuk mencari keberadaan Hae Soo. Tapi
dimana dia?
Hae Soo melihat kedatangan Wang
Eun, dia pun buru – buru bersembunyi.
Wang Eun sampai ke sebuah gubuk
kecil, dia melihat ada lubang dipagarnya. Ia pun mendekat dan mengintip dari
sana. Rupanya didalamnya ada Chae Ryung yang tengah mengganti pakaian. Wang Eun
diam – diam asyik mengintip sambil terus menelan ludah.
Chae Ryung merasa ada yang
mengawasi, ia pun menoleh ke arah pagar. Chae Ryung sontak berteriak ketika
memergoki ada yang mengintipnya.
Hae Soo menahan Wang Eun yang
berniat kabur. Dia yakin kalau Wang Eun yang sudah mengintip. Wang Eun langsung
membusungkan dada, dia adalah pangeran. Bagaimana bisa dia mengintip seorang
pelayan seperti dia?
Chae Ryung keluar dari ruangan
sambil berteriak namun teriakan langsung reda ketika tahu pelakunya adalah
Pangeran. Wang Eun berjalan mendekatinya, apa kau yakin itu adalah aku? Apa kau
yakin kau melihatku?
Wang Eun berniat pergi namun
Hae Soo tak akan membiarkannya. Chae Ryung mungkin tak melihatnya dengan jelas,
tapi dia melihatnya dengan jelas. Jadi dia meminta Wang Eun untuk meminta maaf,
sekarang juga!
Wang Eun menolaknya, bagaimana
bisa dia meminta maaf pada pelayan rendahan? Tak ada hukum seperti itu dinegeri
ini.
“Kau tak malu? Dasar orang yang
memalukan.” Ketus Hae Soo.
Wang Eun mendelik mendengar
ucapan lancang Hae Soo, ia mendorong Hae Soo untuk menyingkir dari jalannya.
Hae Soo tak mau kalah dengan
perlakuan tak adil ini. Dia mengejar Wang Eun untuk menuntut permintaan maaf.
Wang Eun masih kekeuh dan mendorong tubuh Hae Soo ketanah. Hae Soo tak terima,
dia menarik pergelangan kaki Wang Eun sekenanya. Dia pun ikut jatuh.
Mereka berdua sudah kalap,
akhirnya saling jambak dan berteriak – teriak bak perkelahian antar cewek.
Semua pangeran keluar dari
dalam ruangan saat mendengar keributan ini kecuali Wang So yang masih sibuk
memejamkan mata. Bukannya melerai, mereka malah asyik menonton mereka berdua.
Hae Soo bisa menindih Wang Eun.
Dia pun memukul kepala Wang Eun dengan menggunakan kepalanya. Ia berniat
melayangkan pukulan agar dia tahu bagaimana rasanya dipukul.
Tapi tangan Hae Soo terhenti.
Wang So sudah berdiri disampingnya menahan tangan Hae Soo. Dia mencoba
melepaskan diri tapi cengkeraman Wang So sangatlah kuat.
Wang Eun bangkit dan berniat
menghajar Hae Soo lagi. Tapi Wang Wook langsung menahannya, banyak penjaga yang
memperhatikan. Wang Eun mendecih kesal dan pergi dengan marah.
Tangan Hae Soo masih dijagal
oleh Wang So, dia tersenyum meledek ala – ala badboy saat melepaskan
cengkeramannya.
Hae Soo tinggal mengejar Wang
So ketika ia akan pergi. Lagi – lagi dia juga menuntut permintaan maaf darinya.
Wang So menanggapi dengan dingin, aku? Memangnya kau siapa?
“Hae Soo. Aku Hae Soo!”
“Aku tak tanya siapa namamu.
Aku tanya posisimu sampai kau punya nyali bertingkah seperti itu pada
pangeran.”
Hae Soo mendesis tak percaya,
betapa konyolnya mereka harus menggunakan hukum seperti itu. memangnya dia
hanya mau minta maaf kalau dia Putri dan menolak meminta maaf saat dia pelayan?
Dia tak hanya menuntut dari Wang So tapi juga pada Pria Kecil itu. Kalau
jabatanmu lebih tinggi maka kau harusnya lebih mengedepankan keadilan, ‘kan?
Wang So mendekatkan wajahnya ke
arah Hae Soo. Dia setuju tapi saat ia mendengar kata maaf darinya. Saat itu
pula, Hae Soo akan mati.
Hae Soo mulai gamang mendengar
ucapan yang penuh intimidasi itu. Wang Soo bersiap mengucapkan kata maaf, “Aku
minta...”
“Nyonya Hae! Kau datang untuk
menengokku?” seru Hae Soo pada Nyonya Hae.
Ucapan Wang Soo terhenti
ditengah jalan. Hae Soo membimbing Nyonya Hae untuk menghadap dan memberi salam
pada Wang Soo. Ia kemudian buru – buru mengekori Nyonya Hae agar bisa kabur
dari hadapan Wang Soo.
Nyonya Hae melakukan ritual
dengan meletakkan sebuah batu pada gunungan batu. Dia kemudian mengatakan pada
Hae Soo bahwa ia tak akan bisa menghindari hukuman. Dia telah memukul seorang
putra dari pemimpin negeri ini. Hae Soo dengan canggung meminta bantuan dari Nyonya
Hae. Dia akan berbicara sebaik mungkin dihadapan Raja.
“Kau pikir bertemu dengan Raja
itu mudah?”
Nyonya Hae merasa bahwa Hae Soo
telah berubah. Dulu dia gadis yang berperilaku baik. Dan apa Hae Soo tahu
kenapa dia berdoa ditempat ini? Hae Soo tak mengerti. Tempat yang mereka
datangi ini adalah tempat berdoa bagi para ibu agar anaknya bisa tumbuh dengan
baik. Meskipun Nyonya Hae tak punya anak dia selalu kesini.
Nyonya Hae menunjukkan gunungan
batu disampingnya, itu dibuat oleh Ratu Hwang Bo untuk Putri Yeon Hwa.
Sedangkan yang ada dihadapan mereka, itu adalah gunungan yang dibuat Nyonya Hae
untuk Hae Soo. Hae Soo memang tak punya ibu dan tumbuh besar sendirian. Oleh
karena Nyonya Hae tak pernah menganggapnya sebagai keponakan, dia selalu menganggapnya
sebagai anak semenjak dia datang kerumahnya.
Tapi sekarang, Nyonya Hae me
merasa usahanya belumlah cukup hingga Hae Soo harus terjebak dalam masalah ini.
Dia yakin Ibu Hae Soo melihat mereka dari langit, ini membuatnya merasa malu.
Ucapan tulus Nyonya Hae membuat
Hae Soo tersentuh. Dia pun memikirkan ibunya dan menangis dipelukan Nyonya Hae.
“Tolong. Apa yang telah aku
lakukan untukmu? Pikirkan tentang ibumu dan hiduplah dengan baik.” Ucapnya
seraya membelai Hae Soo dengan penuh kasih sayang.
Hae Soo tengah merenungkan
semua perbuatan serta apa yang dialaminya. Ia merasa telah menjadi beban
kemanapun ia pergi. Semua orang baik padanya. Sejujurnya, ia ingin kembali ke
tempatnya berasa. Apa ada kemungkinan untuk kembali? Ibunya pasti mencemaskannya.
Chae Ryung menghampiri Hae Soo
yang masih duduk diluar. Suasana disana dingin, dia harus masuk ke kamarnya.
Hae Soo masih penasaran dengan sosok yang ia tanyakan, pengunjung dirumah
mereka. Apa Chae Ryung tahu?
Chae Ryung jelas tak tahu,
pengunjung dirumah mereka itu banyak.
Hae Soo kemudian mengingat
kembali awal pertemuan mereka ditempat pemandian. Dia bilang pemandian terbesar
songak?
“Kau tidak bisa pergi ke sana.
Perasaanku tidak enak tentang tempat itu. Bagaimana bisa kau kembali ke sana?”
tolak Chae Ryung.
“Pria itu adalah orang yang aku lihat sebelum aku mati.” Batin
Hae Soo
Wang Won dan Baek Ha tengah
memeriksa luka memar disekitar mata Wang Eun. Mereka meledeknya kalau luka
memar itu warna biru, muka Wang Eun sekarang lebih indah dibandingkan dengan
lukisan.
Wang Eun menggeram kesal, dia
tak terima diperlakukan begini oleh gadis itu. Dia bangkit untuk mencari Hae
Soo tapi Baek Ah menahannya. Ji Mong yang tadi memeriksa luka Wang Eun
bertanya, “Apakah kau mengatakan bahwa musuhmu adalah Lady Soo? Dari apa yang
aku lihat dan dengar, dia adalah gadis yang sangat cantik. Tidak mudah untuk
bertemu seorang wanita seperti itu. Kau mengalami sesuatu yang langka.”
Wang Won menusuk – nusuk dada
Wang Eun dengan jari, dia mengatakan kalau ini adalah takdir.
“Takdir apaan! Ini adalah musuh yang telah ditakdirkan.” desis Wang Eun.
Baek Ah mengungkapkan
pikirannya bahwa Wang Eun tak mengerti wanita dengan baik. Untuk apa dia
menyentuhnya kalau tak tertarik. Wang Eun mengerjapkan matanya mulai penasara,
jadi kau bilang kalau dia tertarik padaku?
Baek Ah memalingkan wajah
menahan tawa, “Ya, aku bilang ‘kan bisa saja. Bisa juga tidak.”
Wang So melintas diistana. Trio
ribut langsung bangkit dengan ketakutan menatap Wang Soo. Mereka buru – buru
melongok dari samping tiang untuk melihatnya.
Wang So masuk ke kamar Ratu
Yoo, Wang Jung berniat bangkit untuk memberikan salam tapi Ratu Yoo menahannya.
Wang Soo menunjukkan senyum lebar dihadapan Ratu kemudian memberikan salam
hormat. Kau sehat, bu?
“Aku sudah dengar bahwa kau
telah tiba. Aku akan memanggilmu.” Tanya Ratu Yoo dengan enggan.
“Aku telah bertemu dengan
saudara-saudaraku dan aku pikir aku harus bertemu denganmu.”
Wang Jung memberitahukan bahwa
Wang So sepertinya telah belajar seni beladiri. Dia tampak luar biasa saat
berlatih ritual sebelumnya. Wang Yo mendesis menyuruh adiknya untuk diam. Itu
cuma rumor yang disebarkan oleh Wang Eun.
“Apa benar kau sedang belajar
beladiri?” tanya Ratu Yoo.
“belum.”
Wang Yo kemudian membahas
mengenai anjing serigala di Songak. Mereka mengatakan itu begitu mengerikan
untuk dilihat, bahwa itu lebih buruk dari serigala atau anjing. Yo sengaja
menyindir So.
“Mereka bilang itu dari Shinju,
‘kan?” tanya So dengan tampang kesal.
Ratu Yoo menghentikan sindiran
mereka dengan menyuruh Wang So untuk berjalan – jalan di ibukota. Sudah lama
dia tak kesana, dia juga telah menyiapkan hadiah untuk ibu angkatnya. Jadi dia
boleh berkeliling dan tak usah menemuinya lagi.
Wang So menahan kekesalannya
dan kembali tersenyum, dia berniat untuk tinggal lebih lama. Ratu Yoo menolak.
Kalau dia tetap disana maka dendam lama antara kedua keluarga akan kembali
memanas.
“Kau mengatakan aku dikirim ke
sana untuk diadopsi. Tapi aku adalah sandera.” Ucap Wang So.
Wang Yo tertawa, Ibu tak ada
niatan untuk menjadikannya sandera melainkan dia khawatir kalau Wang So cuma
menjadi beban untuk ibu angkatnya. Ratu Yoo membenarkan ucapan itu.
“Karena kau mengatakan itu, aku
harus mempercayaimu.” Ujarnya. Dia kemudian berniat mengeluarkan sebuah jepit
rambut dari balik jubahnya. Tapi terlambat.. Wang Jung sudah memberikan hadiah
jepit rambut lebih dulu. Terlihat lebih indah karena terbuat dari perak.
Wang So akhirnya menahan diri,
dia pamit untuk pergi.
“Bagaimana bisa pangeran
terlihat begitu rendah? Tak ada yang lebih memalukan.” Sindir Yo.
Trio ribut sudah menguping
didepan pintu dengan penasaran. Wang So membuka pintu saat mereka masih asik
menempelkan kuping ke pintu. Ketiganya langsung pura – pura melakukan sesuatu
dengan canggungnya
Ratu Yoo memerintahkan pada
kedua putranya untuk menyingkirkan Wang So setelah ritual selesai. Kalau perlu
gunakan perwira untuk mengirimnya kembali. Wang Yo menganggupinya.
Wang Jung nyeletuk kalau
dipasar banyak sekali rumor mengenai So. Mereka bilang, luka diwajahnya itu
terjadi karena ulah ibunya. Ratu Yoo terdiam. Wang Yo langsung mendesis dan
menyuruhnya menutup mulut. Tak usah pergi ke luar sekalian kalau dia cuma
kembali dengan rumor semacam itu.
Ji Mong menegur Wang So dan
menawarkan agar ia bisa mandi air panas dulu sebelum pergi. Wang So tak
menjawab tapi mengikuti saja perintahnya.
Ji Mong menghela nafas seolah
merasa kasihan dengan nasib So.
Trio ribut masih memperhatikan
Wang So, mereka masih penasaran darimana datangnya luka yang ada diwajah So.
Apa yang terjadi padanya?
Hae Soo melewati area pemandian
air panas dihari yang semakin gelap. Dalam batinnya dia yakin kalau pria tuna
wisma adalah kunci kenapa dia bisa datang ke dunia ini. Dia harus bertemu
dengannya. Dia harus kembali mengingat ia telah melakukan kejahatan besar
disini.
Wang So melihat ke sekitarnya
sebelum melepaskan topeng yang ia gunakan. Ia berjalan masuk ke tengah
pemandian. Dan sesuatu yang mengejutkan terjadi, Hae Soo sedang merendam diri
disana. Dia muncul dari dalam air dengan nafas terengah – engah. So sontak
menyembunyikan luka dimatanya. Dia terlihat malu, apa kau melihatnya?
Hae Soo tak mengatakan apapun,
ia terpaku menatap Wang So. So kesal kemudian menarik leher Hae Soo sambil
berteriak. Apa kau melihatnya!
Hae Soo ketakutan, “Tolong...
tolong biarkan aku hidup.”
So menyuruh Hae Soo untuk
melupakan apa yang ia lihat sekarang. So pun pergi meninggalkannya sendiri.
Hae Soo terduduk lemas setelah
jantungnya berdebar dengan kencang. Dia mendengar suara dayang yang akan
membersihkan pemandian. Hae Soo langsung bangkit, tapi sebelum dia pergi. Ia
melihat sebuah jepitan rambut tergeletak dilantai. Dia yang penasaran pun
memungut jepitan rambut itu.
Jepitan itu milik So yang
terjatuh dari jubahnya.
Chae Ryung dan dayangnya
menghambur ke arah Hae Soo ketika ia kembali. Hae Soo sempat tertegun tak
mengerti, mereka menantikannya. Nyonya Hae menyuruh Hae Soo untuk mengatakan
kemanapun kalau dia mau pergi. Seluruh anggota keluarga khawatir mencarinya
Wang Wook memerintahkan mereka
untuk segera menghangatkan Hae Soo. Hae Soo masih tertegun ditempatnya,
keluarga? Mata Hae Soo berkaca – kaca. Dia merasa kalau rumah yang ia tempat
sekarang, seperti rumahnya sendiri.
Chae Ryung mengeringkan rambut
Hae Soo, dia mengatainya selalu membuat masalah. Hae Soo masih memikirkan
kejadian tadi, dia bertanya apakah Chae Ryung kenal dengan pangeran ke-empat?
“Apa kau bertemu dengannya?”
tanya Chae Ryung khawatir.
“Apa yang kau bicarakan?”
Chae Ryung mengatakan bahwa sangat mungkin bagi pria dan wanita bertemu
di pemandian Goryeo. Tapi dia harus menghindari pangeran ke –empat. Dia adalah
putra kandung Ratu Yoo dan juga putra angkat Selir Kerajaan Kang du Shinju. Dia
berkuasa di dua negara. Dia terkenal menakutkan dan kejam.
“Mereka mengatakan itu
hobinya untuk berburu binatang sejak ia masih muda. Ada desas-desus bahwa ia
telah menangkap setiap serigala terakhir di semua penjuru Shinju. Mereka
mengatakan ia juga membunuh orang dengan begitu mudah. Terutama mereka yang
telah melihat bekas luka di wajahnya.”
Hae Soo dalam batinnya baru
sadar kalau tadi berarti dia hampir mati saat melihat luka diwajah So. Chae
Ryung menambahkan kalau So bukan pangeran maka dia tak akan bisa menginjakkan
kaki di Songak. Hae Soo terkejut, kenapa?
“Kau pikir kau bisa? Orang
hanya menyukai wajah yang menarik.”
Dalam hati Hae Soo mencibir
dengan sebalnya, bukan jaman dulu atau jaman sekarang semuanya sama saja.
Mengedepankan penampilan.
Tengah malam, Ratu Yoo sedang
merendam diri di air bunga sambil memikirkan perbincangannya bersama Wang Yo.
Entah apa yang mereka berdua tengah rencanakan.
“Kau pikir kau bisa? Orang
hanya menyukai wajah yang menarik. Dia selalu bertindak begitu kuat. Dia selalu
bertindak begitu kuat.” ucap Wang Yo sembari memainkan topengnya.
“Kesempatan seperti ini tidak
sering datang. Kau harus menghabisinya selama ritual spiritual.” Ujar Ratu Yoo.
Wang Yo memasangkan topengnya ke wajah, dia meminta Ibu tak perlu
khawatir.
Ratu Yoo menenggak minumannya,
“Putra Mahkota akan menjadi salah satu yang mengusir roh-roh jahat?”
Kesibukan diistana sudah
terlihat, persiapan untuk memulai ritual mulai di tata. Para dayang beserta
pengawal melakukan tugasnya masing – masing.
Hae Soo juga melakukan persiapan
dengan mengenakan pakaiannya. Dia menghembuskan nafas sebal karena pakaian itu
berlapis – lapis dan pemakaiannya yang sangat ribet. Manusia modern pasti tak
akan tahan untuk mengenakannya.
Ratu Yoo juga menyiapkan
penampilannya agar terlihat cantik untuk menghadiri ritual kali ini. Dia tak
mau kecantikannya dikalahkan oleh siapapun.
Ratu Yoo dan Ratu Gwang Bo
berpapasan dijalan menuju ke tempat ritual. Mereka saling memuji dengan senyum
palsunya. Ratu Yoo meminta pada Putri Yeon Hwa untuk datang berkunjung ke
kediamannya juga. Dia ingin mendengarkan cerita lucu darinya. Para Pangeran tak
pandai kalau disuruh bercerita.
Yeon Hwa dengan ramah
menjawabnya, dia takut kalau ceritanya tak akan menghibur. Tapi dia akan
berkunjung untuk menceritakan hal yang luar biasa. Ratu Yoo akan menunggu
kedatangannya. Dia kemudian mengajak mereka untuk masuk menemui Raja.
Senyum palsu mereka segera
luntur ketika tak lagi bertatapan. Nona Hae mencoba menenangkan dengan
menggenggam tangannya. Tapi Yeon Hwa menampik tangan itu. Dia tak mau kalau
Ibunya (Ratu Hwang Bo) harus berhadapan dengan Ratu Yoo sendirian. Dia harap
Wang Wook akan segera memindahkannya ke tempat pribadi.
Nyonya Hae menyarankan agar
Yeon Hwa menjaga bicaranya dalam istana. Ratu Hwang Bo membenarkan, dia meminta
Yeon Hwa untuk melupakannya.
“Mana bisa aku melupakan dendam
ini.” jawabnya.
Ratu Hwang Bo menanyakan
keberadaan Hae Soo yang tak tampak disana, rumor sudah menyebar luas tentang
kasusnya. Nyonya Hae mengatakan kalau Hae Soo sudah membuat banyak sekali
masalah saat terbangun dari pingsannya. Lebih baik untuk meninggalkannya saja.
Putra Mahkota mengakhiri
latihan, dia memuji mereka semua yang telah menyelesaikan latihan. Raja pasti
akan bangga.
“Ya. Putra Mahkota!” jawab
Pangeran dengan serempak.
Wang Eun menghampiri Wang Wook
untuk bertanya apakah Hae Soo dan istrinya akan datang. Wang Wook tak tahu
pasti, tapi sepertinya begitu.
“Apa kau mau mendapatkan mata
hitam lagi?” ejek Wang Yo.
Wang Jung paling puas menertawakan,
Wang Eun tak terima dan mengejarnya. Mereka berdua ribut dengan lucunya sampai
semua orang yang melihat ikut tertawa.
Wang So juga tertawa melihat
kelakuan kekanakan mereka. Wang Wook melihat kejadian langka itu. Wang So
langsung memasang wajah serius seperti semua.
Sebelum upacara
berlangsung, Wang So bertukar topeng dengan Putra Mahkota. Dia menggunakan
topeng Bangsangshi: Sebuah karakter monster yang bertindak sebagai
perwakilan upacara
Wang So menarikan beberapa
gerakan tari sebelum akhirnya rombongan para Pangeran keluar.Jin Ja - Para
pangeran yang merayakan ritual.
Terakhir, Wang Yo yang
mengenakan topeng Chang Soo - Mereka yang menggunakan mantra untuk
mengusir roh jahat.
Setelah pangeran telah
berkumpul ditengah tempat ritual, gendang pun ditabuh untuk mengiringi tarian
mereka. Para Pangeran yang mengenakan topeng menarikan tarian pedangnya dengan
mulus.
Ditempat lain, Hae Soo masih
sibuk untuk melihat pesta rakyat. Dia menikmati kemeriahan yang terjadi dijalanan.
Diistana, para pria bertopeng
mulai masuk kedalam tarian. Wang So dan Wang Yo yang memiliki peran mengusir
para pria bertopeng yang diibaratkan sebagai iblis. Mereka merapalkan mantra
seraya menarikan beberapa tarian.
Namun, sesuatu yang mengejutkan
terjadi. Beberapa pria bertopeng ikut bergabung dalam tarian. Mereka langsung
menyerang Wang So yang dikira sebagai Wang Moo (Putra Mahkota).
Ji Mong berteriak pada pengawal
untuk segera melindungi Raja.
Pangeran turun untuk membantu
pertarungan ini.
Wang Yo melawan seorang pria
bertopeng. Dia menganggung memberikan kode. Dia berpura – pura dalam kondisi
terdesak kemudian mengarahkan pedangnya menuju Wang So.
Tentu saja lengan Wang So
tersayat pedang. Raja terkejut karena mengira kalau Wang So adalah Wang Mo.
Pria bertopeng bersiap
memenggal Wang So yang terdesak karena luka dilengannya. Untungnya, ada
Pangeran bertopeng yang menghalau pedang tersebut. Pangeran itu langsung
memenggal pria bertopeng.
Pangeran lainnya bergegas
mengejar para pria bertopeng yang menyusup ke istana.
Raja menghampiri Wang So yang
masih mengenakan topeng. Dia sangat panik namun kepanikan itu segera hilang
saat tahu pria di balik topeng adalah Pangeran Ke –empat, Wang So. Raja
berteriak mencari Putra Mahkota. Dan akhirnya Pangeran Bertopeng yang
menyelamatkan Wang So adalah Putra Mahkota.
Wang So tertunduk kecewa, tak
seorang pun memperdulikannya. Ji Mong sadar dengan ekspresi kecewa Wang So, apa
kau baik – baik saja Pangeran ke-empat?
Wang So bangkit, dia berkata
akan menangkap para penyusup itu. Ia pun bergegas pergi mengejar yang lain.
Putra Mahkota berniat membantu
namun Raja menahannya. Dia pasti lebih mengkhawatirkan kondisi Putra Mahkota.
Heol~
Hae Soo berkeliling ke pesta
rakyat tanpa mengenal lelah. Chae Ryung sampai mengeluh tak kuat, kalau terus
begini dia bisa tua sebelum menikah. Hae Soo tertawa, umur mereka sudah terpaut
banyak tapi Chae Ryung sudah begini.
“Kita kan cuma beda satu
tahun.”
Hae Soo hanya mengiyakan dengan kikuk, benarkah?
Wang So melewati kerumunan
untuk mengejar penyusup. Hae Soo tanpa sengaja melihatnya. Dia pun dengan penuh
rasa penasaran mencoba untuk mengejar Wang Soo.
Wang So berhasil menghentikan
salah seorang penyusup, mereka berdua bertarung dalam hutan.
Bukannya menemukan Wang So, Hae
Soo malah bertemu dengan gerombolan penyusup. Mereka dikumpulkan dan dibantai
oleh Wang Yo. Wah, dia benar – benar ingin melenyapkan semua barang bukti.
Hae Soo menutup mulutnya dengan gemetaran. Tapi sayang Hae Soo tak bisa
menahan suaranya. Ah! Lirih Hae Soo dengan gemetaran. Wang Yo mendengar suara
Hae Soo, namun ia tak berniat mencarinya. Ia buru – buru untuk menghabisi semua
nyawa yang telah membantu pengkhianatannya.
Wang So mencoba bernegosiasi,
bagaimana pun pria itu tak akan bisa keluar dari hutan dalam keadaan hidup.
Percaya padanya, dia akan memberikan sedikit pengampunan pada Raja. Ia
memintanya percaya pada kata – kata Pangeran. Wang So menurunkan pedangnya.
Pria bertopeng gemetaran, ia pun perlahan menurunkan pedangnya.
Hae Soo dengan tergagap sampai
ke tempat Wang So. Pria bertopeng yang sudah terpojok akhirnya meraih tubuh Hae
Soo untuk menjadikan sandera. Hae Soo makin gemetaran apalagi Wang So seolah
tak ada niatan untuk menyelamatkannya. Bunuh saja dia! Apa mau aku bantu?
Wang So mengarahkan pedangnya
pada Hae Soo. Leher Hae Soo tergores pedang si pria bertopeng, dia makin
ketakutan. Dia mohon agar ia diselamatkan.
Wang So juga sepertinya cuma
gertak sambel, dia bahkan terlihat khawatir saat melihat darah keluar dileher
Hae Soo.
Wang So menyuruh pria itu
berhenti, dia sama sekali tak perduli dengan gadis itu. Pria bertopeng makin
gamang. Hae Soo menggunakan kesempatan ini untuk menggigit tangannya. Wang Soo
terkejut.
Sebuah pisau melayang dan
tertancap tepat didahi pria bertopeng. Wang Wook lah yang telah melemparkan
pisau tersebut.
Wang So menjagal Hae Soo, dia
sudah hampir menangkapnya tapi semua gagal karena dia. Hae Soo hanya gemetaran
saat Wang Soo menodongkan pedang ke lehernya.
Wang Wook ikut mengarahkan
pedangnya ke leher Wang So, “Berhenti. Dia gadis yang lugu. Lepaskan dia!”
Wang Wook menarik Hae Soo dalam
pelukannya kemudian menangkis pedang Wang Wook. “Aku tak mau.”
lanjut eps 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar