Jumat, September 02, 2016

SINOPSIS MOON LOVERS : SCARLET HEART RYEO EPISODE 2


Hae Soo diangkat kepangkuan Wang So ketika hampir terjatuh ke sungai. Dia masih syok dan menatap ke arah Wang So terus menerus sambil menunggang kuda.


Setelah bermanis – manis diatas tunggangan mereka, Wang So bergegas mendorong Hae Soo dari atas kudanya. Sontak Hae Soo terjatuh ditanah sambil meringis kesakitan. Dia berteriak marah dan menyuruh Wang Soo untuk jangan pergi. Bagaimana bisa kau melempar manusia seperti karung? Dan kenapa kau menunggang kuda dengan kecepatan tinggi disaat banyak orang? Bukankah manusia lebih penting daripada mobil... maksudku kuda.


Wang So tersenyum sinis sambil menarik tali kudanya. Kuda itu merespon dengan ringkikan dan mengangkat kedua kaki depannya tinggi tinggi. Jelas saja Hae Soo langsung mundur takut kena sepak.

Sekali lagi Wang Soo tersenyum kecil dan pergi.


Seorang Ahjumma menyarankan agar Hae Soo melupakan semua kejadian ini. Hae Soo masih tak terima dong, dia mau melapor pada polisi. Ahjumma langsung bergidik menasehatinya, apa kau tak kenal dengan Pangeran Ke-empat? Kau masih hidup saja sudah beruntung.


Hae Soo tak habis pikir harus bertemu dengan pangeran lagi. Memangnya berapa putra yang dimiliki oleh Raja Taejo?


Tak lama setelah itu, Chae Ryung datang dengan sangat tergesa – gesa. Hae Soo bertanya mengenai tamu dirumah mereka yang posturnya cukup tinggi. Matanya besar, apakah ada tamu seperti itu dirumah mereka?


Chae Ryung tak menggubris pertanyaan itu, saat ini masalahnya lebih genting lagi. Putri Yeon Hwa sudah mencari – cari keberadaan Hae Soo sejak tadi.



Yeon Hwa sedang melakukan pertemuan dengan para pangeran tampan nan rupawan. Dia  menanyakan keberadaan Pangeran ke-empat yang belum juga menampakkan diri. Wang Eun menuturkan ketakutannya ketika harus bertemu dengan Pangeran ke-empat. Dia kemarin tak sengaja menginjak kakinya, tapi Pangeran ke-empat langsung berkata dengan mengerikan. Apa kau mau mati?


Wang Jung setuju, dia bahkan saudara satu ibu tapi tak bisa berbicara dengan lancar padanya. Wang Jung juga selalu menyapanya tapi tak pernah menerima jawaban. Bagi Wang Won, Pangeran ke-empat punya tendensi untuk merubah mood dalam sekejap.


Suara decitan pintu membuat suasana ribut para pangeran langsung terhenti. Wang So masuk kedalam ruangan dan seketika itu pula suasana menjadi menegangkan. Yeon Hwa bersikap tenang dan menyapa Wang So dengan ramah.


Wang Eun, Wang Jung dan Wang Won juga langsung menyapanya bak anak patuh kemudian mereka bergegas duduk dipojokan.



Wang Wook mencoba mencarikan suasana dengan mengatakan kalau Wang So terlambat. Mereka seharusnya bisa berlatih untuk ritual.

“Kita bisa melakukannya.” Ucap Wang So.

Yeon Hwa mengaku kalau mereka hampir mengirim orang ke Shinju. Dia tak pernah mendengar kalau Wang So akan kesini.

“Aku sudah disini, ‘kan?”

Yeon Hwa menyarankan agar Wang So bisa tinggal dirumah mereka selama berada di Songak. Dia ingin mendengar banyak hal mengenai Shin Ju. Wang Wook membenarkan, Wang So bisa tinggal disana ketimbang berada dikediaman Ratu.


Wang Yo seolah tersinggung dengan ucapan mereka, dia menyuruh Wang Wook jangan terlalu memaksakan diri. Toh Wang Soo lebih tahu bahasa hewan ketimbang bahasa manusia.

“Ah, tak heran.. aku pikir kata – katamu terlalu jelas.” Sindir Wang So.

Suara ketegangan sedikit terpecah ketika beberapa pelayan masuk ke ruang pertemuan. Mereka akan menghidangkan jamuan makan.



Hae Soo masuk ke dalam ruang pertemuan dengan takut – takut. Dia menutup wajahnya dan bersembunyi dibalik tiang. Wang Eun sigap menghampiri ketika ia melihat tingkah ajaib gadis yang satu ini. Dia menarik Hae Soo dengan paksa dan menatap wajahnya lekat – lekat.

“Apa kita pernah bertemu sebelumnya?”

“Tidak.”

“Kau terlihat familiar. Kau yang sudah mengintip kita mandi yah?”

“Tidak. Tidak mungkin!” sanggah Hae Soo.



Wang Eun mengangkat wajah Hae Soo yang terus menunduk, “benar kok!” serunya.

Hae Soo sontak mengibaskan tangan Wang Eun dan tanpa sengaja tangannya mengenai nampan berisi minuman. Nampan itu pun terjatuh hingga menimbulkan keributan. Hae Soo malu hingga akhirnya dia buru – buru kabur meninggalkan ruangan.


Baek Ah berkomentar bahwa sikapnya sungguh berubah. Bukankah begitu, hyung? Wang Wook masih tersenyum dan mengatakan kalau dia tak tahu. Ia tak begitu mengenal Hae Soo.

Yeon Hwa meyakinkan Wang Eun kalau mungkin dia sudah salah orang. Wang Eun masih mengernyit heran, dia paling handal kalau disuruh mengenali wajah orang. Dia cukup yakin.

Hae Soo menepuki dadanya agar bersabar. Kalau dia bisa menghindar hari ini, maka kemungkinan mereka tak akan bertemu lagi.

Rasa penasaran Wang Eun masih begitu tinggi, dia akhirnya memutuskan untuk mencari keberadaan Hae Soo. Tapi dimana dia?

Hae Soo melihat kedatangan Wang Eun, dia pun buru – buru bersembunyi.



Wang Eun sampai ke sebuah gubuk kecil, dia melihat ada lubang dipagarnya. Ia pun mendekat dan mengintip dari sana. Rupanya didalamnya ada Chae Ryung yang tengah mengganti pakaian. Wang Eun diam – diam asyik mengintip sambil terus menelan ludah.

Chae Ryung merasa ada yang mengawasi, ia pun menoleh ke arah pagar. Chae Ryung sontak berteriak ketika memergoki ada yang mengintipnya.


Hae Soo menahan Wang Eun yang berniat kabur. Dia yakin kalau Wang Eun yang sudah mengintip. Wang Eun langsung membusungkan dada, dia adalah pangeran. Bagaimana bisa dia mengintip seorang pelayan seperti dia?


Chae Ryung keluar dari ruangan sambil berteriak namun teriakan langsung reda ketika tahu pelakunya adalah Pangeran. Wang Eun berjalan mendekatinya, apa kau yakin itu adalah aku? Apa kau yakin kau melihatku?

“Aku tak yakin telah melihatnya dengan baik.” Ucap Chae Ryung takut.




Wang Eun berniat pergi namun Hae Soo tak akan membiarkannya. Chae Ryung mungkin tak melihatnya dengan jelas, tapi dia melihatnya dengan jelas. Jadi dia meminta Wang Eun untuk meminta maaf, sekarang juga!

Wang Eun menolaknya, bagaimana bisa dia meminta maaf pada pelayan rendahan? Tak ada hukum seperti itu dinegeri ini.

“Kau tak malu? Dasar orang yang memalukan.” Ketus Hae Soo.

Wang Eun mendelik mendengar ucapan lancang Hae Soo, ia mendorong Hae Soo untuk menyingkir dari jalannya.

Hae Soo tak mau kalah dengan perlakuan tak adil ini. Dia mengejar Wang Eun untuk menuntut permintaan maaf. Wang Eun masih kekeuh dan mendorong tubuh Hae Soo ketanah. Hae Soo tak terima, dia menarik pergelangan kaki Wang Eun sekenanya. Dia pun ikut jatuh.


Mereka berdua sudah kalap, akhirnya saling jambak dan berteriak – teriak bak perkelahian antar cewek.


 Semua pangeran keluar dari dalam ruangan saat mendengar keributan ini kecuali Wang So yang masih sibuk memejamkan mata. Bukannya melerai, mereka malah asyik menonton mereka berdua.



Hae Soo bisa menindih Wang Eun. Dia pun memukul kepala Wang Eun dengan menggunakan kepalanya. Ia berniat melayangkan pukulan agar dia tahu bagaimana rasanya dipukul.

Tapi tangan Hae Soo terhenti. Wang So sudah berdiri disampingnya menahan tangan Hae Soo. Dia mencoba melepaskan diri tapi cengkeraman Wang So sangatlah kuat.


Wang Eun bangkit dan berniat menghajar Hae Soo lagi. Tapi Wang Wook langsung menahannya, banyak penjaga yang memperhatikan. Wang Eun mendecih kesal dan pergi dengan marah.


Tangan Hae Soo masih dijagal oleh Wang So, dia tersenyum meledek ala – ala badboy saat melepaskan cengkeramannya.



 Hae Soo tinggal mengejar Wang So ketika ia akan pergi. Lagi – lagi dia juga menuntut permintaan maaf darinya. Wang So menanggapi dengan dingin, aku? Memangnya kau siapa?

“Hae Soo. Aku Hae Soo!”

“Aku tak tanya siapa namamu. Aku tanya posisimu sampai kau punya nyali bertingkah seperti itu pada pangeran.”

Hae Soo mendesis tak percaya, betapa konyolnya mereka harus menggunakan hukum seperti itu. memangnya dia hanya mau minta maaf kalau dia Putri dan menolak meminta maaf saat dia pelayan? Dia tak hanya menuntut dari Wang So tapi juga pada Pria Kecil itu. Kalau jabatanmu lebih tinggi maka kau harusnya lebih mengedepankan keadilan, ‘kan?


Wang So mendekatkan wajahnya ke arah Hae Soo. Dia setuju tapi saat ia mendengar kata maaf darinya. Saat itu pula, Hae Soo akan mati.

Hae Soo mulai gamang mendengar ucapan yang penuh intimidasi itu. Wang Soo bersiap mengucapkan kata maaf, “Aku minta...”



“Nyonya Hae! Kau datang untuk menengokku?” seru Hae Soo pada Nyonya Hae.

Ucapan Wang Soo terhenti ditengah jalan. Hae Soo membimbing Nyonya Hae untuk menghadap dan memberi salam pada Wang Soo. Ia kemudian buru – buru mengekori Nyonya Hae agar bisa kabur dari hadapan Wang Soo.


Nyonya Hae melakukan ritual dengan meletakkan sebuah batu pada gunungan batu. Dia kemudian mengatakan pada Hae Soo bahwa ia tak akan bisa menghindari hukuman. Dia telah memukul seorang putra dari pemimpin negeri ini. Hae Soo dengan canggung meminta bantuan dari Nyonya Hae. Dia akan berbicara sebaik mungkin dihadapan Raja.


“Kau pikir bertemu dengan Raja itu mudah?”

Nyonya Hae merasa bahwa Hae Soo telah berubah. Dulu dia gadis yang berperilaku baik. Dan apa Hae Soo tahu kenapa dia berdoa ditempat ini? Hae Soo tak mengerti. Tempat yang mereka datangi ini adalah tempat berdoa bagi para ibu agar anaknya bisa tumbuh dengan baik. Meskipun Nyonya Hae tak punya anak dia selalu kesini.



Nyonya Hae menunjukkan gunungan batu disampingnya, itu dibuat oleh Ratu Hwang Bo untuk Putri Yeon Hwa. Sedangkan yang ada dihadapan mereka, itu adalah gunungan yang dibuat Nyonya Hae untuk Hae Soo. Hae Soo memang tak punya ibu dan tumbuh besar sendirian. Oleh karena Nyonya Hae tak pernah menganggapnya sebagai keponakan, dia selalu menganggapnya sebagai anak semenjak dia datang kerumahnya.


Tapi sekarang, Nyonya Hae me merasa usahanya belumlah cukup hingga Hae Soo harus terjebak dalam masalah ini. Dia yakin Ibu Hae Soo melihat mereka dari langit, ini membuatnya merasa malu.

Ucapan tulus Nyonya Hae membuat Hae Soo tersentuh. Dia pun memikirkan ibunya dan menangis dipelukan Nyonya Hae.

“Tolong. Apa yang telah aku lakukan untukmu? Pikirkan tentang ibumu dan hiduplah dengan baik.” Ucapnya seraya membelai Hae Soo dengan penuh kasih sayang.


Hae Soo tengah merenungkan semua perbuatan serta apa yang dialaminya. Ia merasa telah menjadi beban kemanapun ia pergi. Semua orang baik padanya. Sejujurnya, ia ingin kembali ke tempatnya berasa. Apa ada kemungkinan untuk kembali? Ibunya pasti mencemaskannya.


 Chae Ryung menghampiri Hae Soo yang masih duduk diluar. Suasana disana dingin, dia harus masuk ke kamarnya. Hae Soo masih penasaran dengan sosok yang ia tanyakan, pengunjung dirumah mereka. Apa Chae Ryung tahu?

 Chae Ryung jelas tak tahu, pengunjung dirumah mereka itu banyak.

Hae Soo kemudian mengingat kembali awal pertemuan mereka ditempat pemandian. Dia bilang pemandian terbesar songak?


“Kau tidak bisa pergi ke sana. Perasaanku tidak enak tentang tempat itu. Bagaimana bisa kau kembali ke sana?” tolak Chae Ryung.

Pria itu adalah orang yang aku lihat sebelum aku mati.” Batin Hae Soo



Wang Won dan Baek Ha tengah memeriksa luka memar disekitar mata Wang Eun. Mereka meledeknya kalau luka memar itu warna biru, muka Wang Eun sekarang lebih indah dibandingkan dengan lukisan.


Wang Eun menggeram kesal, dia tak terima diperlakukan begini oleh gadis itu. Dia bangkit untuk mencari Hae Soo tapi Baek Ah menahannya. Ji Mong yang tadi memeriksa luka Wang Eun bertanya, “Apakah kau mengatakan bahwa musuhmu adalah Lady Soo? Dari apa yang aku lihat dan dengar, dia adalah gadis yang sangat cantik. Tidak mudah untuk bertemu seorang wanita seperti itu. Kau mengalami sesuatu yang langka.”

Wang Won menusuk – nusuk dada Wang Eun dengan jari, dia mengatakan kalau ini adalah takdir.

“Takdir apaan! Ini adalah musuh yang telah ditakdirkan.” desis Wang Eun.



Baek Ah mengungkapkan pikirannya bahwa Wang Eun tak mengerti wanita dengan baik. Untuk apa dia menyentuhnya kalau tak tertarik. Wang Eun mengerjapkan matanya mulai penasara, jadi kau bilang kalau dia tertarik padaku?


Baek Ah memalingkan wajah menahan tawa, “Ya, aku bilang ‘kan bisa saja. Bisa juga tidak.”



Wang So melintas diistana. Trio ribut langsung bangkit dengan ketakutan menatap Wang Soo. Mereka buru – buru melongok dari samping tiang untuk melihatnya.



Wang So masuk ke kamar Ratu Yoo, Wang Jung berniat bangkit untuk memberikan salam tapi Ratu Yoo menahannya. Wang Soo menunjukkan senyum lebar dihadapan Ratu kemudian memberikan salam hormat. Kau sehat, bu?

“Aku sudah dengar bahwa kau telah tiba. Aku akan memanggilmu.” Tanya Ratu Yoo dengan enggan.

“Aku telah bertemu dengan saudara-saudaraku dan aku pikir aku harus bertemu denganmu.”


Wang Jung memberitahukan bahwa Wang So sepertinya telah belajar seni beladiri. Dia tampak luar biasa saat berlatih ritual sebelumnya. Wang Yo mendesis menyuruh adiknya untuk diam. Itu cuma rumor yang disebarkan oleh Wang Eun.

“Apa benar kau sedang belajar beladiri?” tanya Ratu Yoo.


“belum.”


Wang Yo kemudian membahas mengenai anjing serigala di Songak. Mereka mengatakan itu begitu mengerikan untuk dilihat, bahwa itu lebih buruk dari serigala atau anjing. Yo sengaja menyindir So.

“Mereka bilang itu dari Shinju, ‘kan?” tanya So dengan tampang kesal.

Ratu Yoo menghentikan sindiran mereka dengan menyuruh Wang So untuk berjalan – jalan di ibukota. Sudah lama dia tak kesana, dia juga telah menyiapkan hadiah untuk ibu angkatnya. Jadi dia boleh berkeliling dan tak usah menemuinya lagi.

Wang So menahan kekesalannya dan kembali tersenyum, dia berniat untuk tinggal lebih lama. Ratu Yoo menolak. Kalau dia tetap disana maka dendam lama antara kedua keluarga akan kembali memanas.

“Kau mengatakan aku dikirim ke sana untuk diadopsi. Tapi aku adalah sandera.” Ucap Wang So.


Wang Yo tertawa, Ibu tak ada niatan untuk menjadikannya sandera melainkan dia khawatir kalau Wang So cuma menjadi beban untuk ibu angkatnya. Ratu Yoo membenarkan ucapan itu.



“Karena kau mengatakan itu, aku harus mempercayaimu.” Ujarnya. Dia kemudian berniat mengeluarkan sebuah jepit rambut dari balik jubahnya. Tapi terlambat.. Wang Jung sudah memberikan hadiah jepit rambut lebih dulu. Terlihat lebih indah karena terbuat dari perak.

Wang So akhirnya menahan diri, dia pamit untuk pergi.

“Bagaimana bisa pangeran terlihat begitu rendah? Tak ada yang lebih memalukan.” Sindir Yo.

Trio ribut sudah menguping didepan pintu dengan penasaran. Wang So membuka pintu saat mereka masih asik menempelkan kuping ke pintu. Ketiganya langsung pura – pura melakukan sesuatu dengan canggungnya



Ratu Yoo memerintahkan pada kedua putranya untuk menyingkirkan Wang So setelah ritual selesai. Kalau perlu gunakan perwira untuk mengirimnya kembali. Wang Yo menganggupinya.

Wang Jung nyeletuk kalau dipasar banyak sekali rumor mengenai So. Mereka bilang, luka diwajahnya itu terjadi karena ulah ibunya. Ratu Yoo terdiam. Wang Yo langsung mendesis dan menyuruhnya menutup mulut. Tak usah pergi ke luar sekalian kalau dia cuma kembali dengan rumor semacam itu.

Ji Mong menegur Wang So dan menawarkan agar ia bisa mandi air panas dulu sebelum pergi. Wang So tak menjawab tapi mengikuti saja perintahnya.

Ji Mong menghela nafas seolah merasa kasihan dengan nasib So.


Trio ribut masih memperhatikan Wang So, mereka masih penasaran darimana datangnya luka yang ada diwajah So. Apa yang terjadi padanya?


Hae Soo melewati area pemandian air panas dihari yang semakin gelap. Dalam batinnya dia yakin kalau pria tuna wisma adalah kunci kenapa dia bisa datang ke dunia ini. Dia harus bertemu dengannya. Dia harus kembali mengingat ia telah melakukan kejahatan besar disini.




Wang So melihat ke sekitarnya sebelum melepaskan topeng yang ia gunakan. Ia berjalan masuk ke tengah pemandian. Dan sesuatu yang mengejutkan terjadi, Hae Soo sedang merendam diri disana. Dia muncul dari dalam air dengan nafas terengah – engah. So sontak menyembunyikan luka dimatanya. Dia terlihat malu, apa kau melihatnya?



Hae Soo tak mengatakan apapun, ia terpaku menatap Wang So. So kesal kemudian menarik leher Hae Soo sambil berteriak. Apa kau melihatnya!

Hae Soo ketakutan, “Tolong... tolong biarkan aku hidup.”

So menyuruh Hae Soo untuk melupakan apa yang ia lihat sekarang. So pun pergi meninggalkannya sendiri.

Hae Soo terduduk lemas setelah jantungnya berdebar dengan kencang. Dia mendengar suara dayang yang akan membersihkan pemandian. Hae Soo langsung bangkit, tapi sebelum dia pergi. Ia melihat sebuah jepitan rambut tergeletak dilantai. Dia yang penasaran pun memungut jepitan rambut itu.


Jepitan itu milik So yang terjatuh dari jubahnya.


Chae Ryung dan dayangnya menghambur ke arah Hae Soo ketika ia kembali. Hae Soo sempat tertegun tak mengerti, mereka menantikannya. Nyonya Hae menyuruh Hae Soo untuk mengatakan kemanapun kalau dia mau pergi. Seluruh anggota keluarga khawatir mencarinya

Wang Wook memerintahkan mereka untuk segera menghangatkan Hae Soo. Hae Soo masih tertegun ditempatnya, keluarga? Mata Hae Soo berkaca – kaca. Dia merasa kalau rumah yang ia tempat sekarang, seperti rumahnya sendiri.


Chae Ryung mengeringkan rambut Hae Soo, dia mengatainya selalu membuat masalah. Hae Soo masih memikirkan kejadian tadi, dia bertanya apakah Chae Ryung kenal dengan pangeran ke-empat?

“Apa kau bertemu dengannya?” tanya Chae Ryung khawatir.

“Apa yang kau bicarakan?”

Chae Ryung mengatakan bahwa sangat mungkin bagi pria dan wanita bertemu di pemandian Goryeo. Tapi dia harus menghindari pangeran ke –empat. Dia adalah putra kandung Ratu Yoo dan juga putra angkat Selir Kerajaan Kang du Shinju. Dia berkuasa di dua negara. Dia terkenal menakutkan dan kejam.



“Mereka mengatakan itu hobinya untuk berburu binatang sejak ia masih muda. Ada desas-desus bahwa ia telah menangkap setiap serigala terakhir di semua penjuru Shinju. Mereka mengatakan ia juga membunuh orang dengan begitu mudah. Terutama mereka yang telah melihat bekas luka di wajahnya.”


Hae Soo dalam batinnya baru sadar kalau tadi berarti dia hampir mati saat melihat luka diwajah So. Chae Ryung menambahkan kalau So bukan pangeran maka dia tak akan bisa menginjakkan kaki di Songak. Hae Soo terkejut, kenapa?

“Kau pikir kau bisa? Orang hanya menyukai wajah yang menarik.”

Dalam hati Hae Soo mencibir dengan sebalnya, bukan jaman dulu atau jaman sekarang semuanya sama saja. Mengedepankan penampilan.


Tengah malam, Ratu Yoo sedang merendam diri di air bunga sambil memikirkan perbincangannya bersama Wang Yo. Entah apa yang mereka berdua tengah rencanakan.


“Kau pikir kau bisa? Orang hanya menyukai wajah yang menarik. Dia selalu bertindak begitu kuat. Dia selalu bertindak begitu kuat.” ucap Wang Yo sembari memainkan topengnya.

“Kesempatan seperti ini tidak sering datang. Kau harus menghabisinya selama ritual spiritual.” Ujar Ratu Yoo.

Wang Yo memasangkan topengnya ke wajah, dia meminta Ibu tak perlu khawatir.


Ratu Yoo menenggak minumannya, “Putra Mahkota akan menjadi salah satu yang mengusir roh-roh jahat?”


Kesibukan diistana sudah terlihat, persiapan untuk memulai ritual mulai di tata. Para dayang beserta pengawal melakukan tugasnya masing – masing.



Hae Soo juga melakukan persiapan dengan mengenakan pakaiannya. Dia menghembuskan nafas sebal karena pakaian itu berlapis – lapis dan pemakaiannya yang sangat ribet. Manusia modern pasti tak akan tahan untuk mengenakannya.


Ratu Yoo juga menyiapkan penampilannya agar terlihat cantik untuk menghadiri ritual kali ini. Dia tak mau kecantikannya dikalahkan oleh siapapun.



 Ratu Yoo dan Ratu Gwang Bo berpapasan dijalan menuju ke tempat ritual. Mereka saling memuji dengan senyum palsunya. Ratu Yoo meminta pada Putri Yeon Hwa untuk datang berkunjung ke kediamannya juga. Dia ingin mendengarkan cerita lucu darinya. Para Pangeran tak pandai kalau disuruh bercerita.

Yeon Hwa dengan ramah menjawabnya, dia takut kalau ceritanya tak akan menghibur. Tapi dia akan berkunjung untuk menceritakan hal yang luar biasa. Ratu Yoo akan menunggu kedatangannya. Dia kemudian mengajak mereka untuk masuk menemui Raja.


Senyum palsu mereka segera luntur ketika tak lagi bertatapan. Nona Hae mencoba menenangkan dengan menggenggam tangannya. Tapi Yeon Hwa menampik tangan itu. Dia tak mau kalau Ibunya (Ratu Hwang Bo) harus berhadapan dengan Ratu Yoo sendirian. Dia harap Wang Wook akan segera memindahkannya ke tempat pribadi.

Nyonya Hae menyarankan agar Yeon Hwa menjaga bicaranya dalam istana. Ratu Hwang Bo membenarkan, dia meminta Yeon Hwa untuk melupakannya.

“Mana bisa aku melupakan dendam ini.” jawabnya.

Ratu Hwang Bo menanyakan keberadaan Hae Soo yang tak tampak disana, rumor sudah menyebar luas tentang kasusnya. Nyonya Hae mengatakan kalau Hae Soo sudah membuat banyak sekali masalah saat terbangun dari pingsannya. Lebih baik untuk meninggalkannya saja.

Putra Mahkota mengakhiri latihan, dia memuji mereka semua yang telah menyelesaikan latihan. Raja pasti akan bangga.


“Ya. Putra Mahkota!” jawab Pangeran dengan serempak.


Wang Eun menghampiri Wang Wook untuk bertanya apakah Hae Soo dan istrinya akan datang. Wang Wook tak tahu pasti, tapi sepertinya begitu.


“Apa kau mau mendapatkan mata hitam lagi?” ejek Wang Yo.



Wang Jung paling puas menertawakan, Wang Eun tak terima dan mengejarnya. Mereka berdua ribut dengan lucunya sampai semua orang yang melihat ikut tertawa.



Wang So juga tertawa melihat kelakuan kekanakan mereka. Wang Wook melihat kejadian langka itu. Wang So langsung memasang wajah serius seperti semua.


Sebelum upacara berlangsung, Wang So bertukar topeng dengan Putra Mahkota. Dia menggunakan topeng Bangsangshi: Sebuah karakter monster yang bertindak sebagai perwakilan upacara


Wang So menarikan beberapa gerakan tari sebelum akhirnya rombongan para Pangeran keluar.Jin Ja - Para pangeran yang merayakan ritual.


Terakhir, Wang Yo yang mengenakan topeng Chang Soo - Mereka yang menggunakan mantra untuk mengusir roh jahat.


Setelah pangeran telah berkumpul ditengah tempat ritual, gendang pun ditabuh untuk mengiringi tarian mereka. Para Pangeran yang mengenakan topeng menarikan tarian pedangnya dengan mulus.



Ditempat lain, Hae Soo masih sibuk untuk melihat pesta rakyat. Dia menikmati kemeriahan yang terjadi dijalanan.



Diistana, para pria bertopeng mulai masuk kedalam tarian. Wang So dan Wang Yo yang memiliki peran mengusir para pria bertopeng yang diibaratkan sebagai iblis. Mereka merapalkan mantra seraya menarikan beberapa tarian.

Namun, sesuatu yang mengejutkan terjadi. Beberapa pria bertopeng ikut bergabung dalam tarian. Mereka langsung menyerang Wang So yang dikira sebagai Wang Moo (Putra Mahkota).

Ji Mong berteriak pada pengawal untuk segera melindungi Raja.


Pangeran turun untuk membantu pertarungan ini.




Wang Yo melawan seorang pria bertopeng. Dia menganggung memberikan kode. Dia berpura – pura dalam kondisi terdesak kemudian mengarahkan pedangnya menuju Wang So.

Tentu saja lengan Wang So tersayat pedang. Raja terkejut karena mengira kalau Wang So adalah Wang Mo.

Pria bertopeng bersiap memenggal Wang So yang terdesak karena luka dilengannya. Untungnya, ada Pangeran bertopeng yang menghalau pedang tersebut. Pangeran itu langsung memenggal pria bertopeng.

Pangeran lainnya bergegas mengejar para pria bertopeng yang menyusup ke istana.



Raja menghampiri Wang So yang masih mengenakan topeng. Dia sangat panik namun kepanikan itu segera hilang saat tahu pria di balik topeng adalah Pangeran Ke –empat, Wang So. Raja berteriak mencari Putra Mahkota. Dan akhirnya Pangeran Bertopeng yang menyelamatkan Wang So adalah Putra Mahkota.

Wang So tertunduk kecewa, tak seorang pun memperdulikannya. Ji Mong sadar dengan ekspresi kecewa Wang So, apa kau baik – baik saja Pangeran ke-empat?


Wang So bangkit, dia berkata akan menangkap para penyusup itu. Ia pun bergegas pergi mengejar yang lain.


Putra Mahkota berniat membantu namun Raja menahannya. Dia pasti lebih mengkhawatirkan kondisi Putra Mahkota. Heol~



Hae Soo berkeliling ke pesta rakyat tanpa mengenal lelah. Chae Ryung sampai mengeluh tak kuat, kalau terus begini dia bisa tua sebelum menikah. Hae Soo tertawa, umur mereka sudah terpaut banyak tapi Chae Ryung sudah begini.

“Kita kan cuma beda satu tahun.”

Hae Soo hanya mengiyakan dengan kikuk, benarkah?



Wang So melewati kerumunan untuk mengejar penyusup. Hae Soo tanpa sengaja melihatnya. Dia pun dengan penuh rasa penasaran mencoba untuk mengejar Wang Soo.


Wang So berhasil menghentikan salah seorang penyusup, mereka berdua bertarung dalam hutan.


Bukannya menemukan Wang So, Hae Soo malah bertemu dengan gerombolan penyusup. Mereka dikumpulkan dan dibantai oleh Wang Yo. Wah, dia benar – benar ingin melenyapkan semua barang bukti.

Hae Soo menutup mulutnya dengan gemetaran. Tapi sayang Hae Soo tak bisa menahan suaranya. Ah! Lirih Hae Soo dengan gemetaran. Wang Yo mendengar suara Hae Soo, namun ia tak berniat mencarinya. Ia buru – buru untuk menghabisi semua nyawa yang telah membantu pengkhianatannya.



Wang So mencoba bernegosiasi, bagaimana pun pria itu tak akan bisa keluar dari hutan dalam keadaan hidup. Percaya padanya, dia akan memberikan sedikit pengampunan pada Raja. Ia memintanya percaya pada kata – kata Pangeran. Wang So menurunkan pedangnya.

Pria bertopeng gemetaran, ia pun perlahan menurunkan pedangnya.



Hae Soo dengan tergagap sampai ke tempat Wang So. Pria bertopeng yang sudah terpojok akhirnya meraih tubuh Hae Soo untuk menjadikan sandera. Hae Soo makin gemetaran apalagi Wang So seolah tak ada niatan untuk menyelamatkannya. Bunuh saja dia! Apa mau aku bantu?

Wang So mengarahkan pedangnya pada Hae Soo. Leher Hae Soo tergores pedang si pria bertopeng, dia makin ketakutan. Dia mohon agar ia diselamatkan.

Wang So juga sepertinya cuma gertak sambel, dia bahkan terlihat khawatir saat melihat darah keluar dileher Hae Soo.



Wang So menyuruh pria itu berhenti, dia sama sekali tak perduli dengan gadis itu. Pria bertopeng makin gamang. Hae Soo menggunakan kesempatan ini untuk menggigit tangannya. Wang Soo terkejut.


Sebuah pisau melayang dan tertancap tepat didahi pria bertopeng. Wang Wook lah yang telah melemparkan pisau tersebut.



Wang So menjagal Hae Soo, dia sudah hampir menangkapnya tapi semua gagal karena dia. Hae Soo hanya gemetaran saat Wang Soo menodongkan pedang ke lehernya.

Wang Wook ikut mengarahkan pedangnya ke leher Wang So, “Berhenti. Dia gadis yang lugu. Lepaskan dia!”



Wang Wook menarik Hae Soo dalam pelukannya kemudian menangkis pedang Wang Wook. “Aku tak mau.”

lanjut eps 3 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MANFAAT MEMPELAJARI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

A.     Pengertian Manajemen Sumber daya Manusia Gary Dessler (2000) menjelaskan bahwa MSDM adalah kebijakan dan praktik yang dibutuhkan ...