Disebuah danau yang Terlihat ramai dengan banyaknya
pengunjung semua terlihat sedang asyik berlibur, Go Ha Jin (IU) terlihat sedang
melihat ke cermin dengan luka pada ujung bibirnya, wajahnya terlihat sangat
lusuh lalu meminum soju langsung dari botol di tepi danau.
Tiba tiba matanya melirik ke seorang paman seperti
gembel, menatapnya seperti mengiginkan soju yang diminumnya. Akhirnya Go
Ha Jin memberikan soju nya karna merasa kasihan pada si paman. Dengan
senyum bahagia si paman meminumnya lalu duduk disamping Go Ha Jin.
"Ahjussi pernakah kau merasa ingin tidur selama
ratusan atau ribuan tahun? Segala nya menjadi kacau dantidak melihat adanya
harapan untuk menjadi lebih baik. kau memberitahu dirimu sendiri bahwa
segalanya akan menjadi lebih baik, tapi kemudian hal lainnya berubah menjadi
kacau. lebih baik aku tidur dan tidak pernah bangun lagi. aku ingin melupakan
segalanya , tapi tidak berhasil "Ucap Go Ha Jin dengan berkaca kaca, namun
si paman terlihat mengantuk setelah meminum soju
Dari pengakuannya tersebut ,Ha Jin ternyata ditipu
oleh pacarnya yang meninggalkan hutang cukup besar padanya dan seorang
membodohinya kemudian lari bersama pacarnya itu. dengan berlinang air mata Ha
Jin menyesal karena mempercayai sembarang orang.
"Apa kau tau Ahjussi? kupikir jika aku tidak
akan berubah maka orang yang kupercayai dan kusukai tidak akan pernah berubah
juga. tapi ternyata aku salah. kenapa hidupku seperti ini?" tangis Ha Jin
paman itu berkomentar " hidupmu tidak akan
berubah jika hanya karena kau menginginkannya. mungkin jika kau mati dan hidup
kembali" Ha Jin bingung dengan ucapan si paman , akhirnya ia menenangkan
diri dengan menghela nafas panjang.
Saat itu Ha Jin melihat seorang anak dipinggir danau
mengulurkan kakinya ingin naik perahu didekatnya namun jarraknya cukup jauh
dari jangkauannya. awalnya ia tak menghiraukan , ia menutup mata dan
menghela nafas untuk menenangkan diri nya, tapi tak lama ia mendengar suara
orang tercebur saat ia membuka mata dan melihat si anak sudah ada di tengah danau dan hampir tenggelam
Ha Jin panik memanggil
si paman agar minta tolong, tapi si paman sudah tertidur lelap setelah minum
soju. Tapi kemudian ia berusaha menenangkan dirinya , dia yakin pasti ada orang
yang melihat anak itu dan akan menyelamatkannya.
Tapi saat melihat
disekelilingnya tidak ada satu orangpun yang memperhatikan anak tenggelam itu.
Dia meyakinkan diri bahwa pasti akan ada yang menyelamatkan anak itu “ Ha jin
tidak perlu menolongnya . Tidak perlu. Meski kau tidak menolongnya orang lain
akan .....’’ ucap Ha Jin pada dirinya sampai ia menjerit kesal karena harus ia
lagi dan melompat ke dalam danau sambil berteriak frustasi “ kenapa harus aku
lagi”
Baru saat itu orang
melihat apa yang terjadi. Ayah si anak langsung mengambil perahu untuk
menyelamatkan mereka berdua. Ahjussi gelandangan itu terbangun dan saat itu ia
melihat ke langit matahari mulai meredup karena gerhana.
Ha Jin mengangkat anak
itu terdebih dahulu kedalam oerahu . tapi saat ayah anak tersebut hendak
menolong Ha Jin ,gerhana mulai menutupi matahari dan tiba tiba saja Ha Jin
seperti tertarik oleh suatu kekuatan gaib yang menariknya makin ke dalam air.
Seketika langit menjadi gelap dan
tubuh Ha Jin tertarik masuk ke dalam air. Potongan kejadian-kejadian yang
akhir-akhir ini dialami Ha Jin terlintas dalam pikirannya, saat ia memergoki pacarnya berciuman dengan wanita lain lalu menampar
wanita tersebut dan berkelahi dengannta , tapi si pacar malah membela wanita
itu , lalu saat ia dikejar oleh sekumplula ahjumma ,hingga
akhirnya ia masuk ke dalam sebuah bayangan / pusaran hitam.
Di tempat lain — atau lebih
tepatnya di era lain, era Goryeo — usai terjadi gerhana matahari total,
pangeran Wang So (Lee Joon-Gi) memacu kudanya dengan diikuti oleh pasukannya.
Mereka tiba di sebuah pasar tradisional dan penduduk sekitar pun berlari
ketakutan sambil meneriakkan julukannya, anjing serigala. Keadaan menjadi
sangat rusuh. Pacuan kuda Wang So semakin lama semakin melambat hingga ia
berhenti di depan stand penjual jepit rambut. Terlihat bahwa si pangeran
menggunakan topeng di wajah sebelah kirinya.
Di kerajaan, pangeran ke-10 Wang
Eun (Byun Baek-hyun) menceburkan dirinya ke kolam, diikuti oleh pangeran ke-14
Wang Jung (Ji Soo). Tak jauh dari kolam, pangeran ke-3 Wang Yo (Hong Jong-Hyun)
memperhatikan mereka sambil minum secangkir teh. Sesaat kemudian ganti pangeran
ke-13 Baek Ah (Nam Joo-Hyuk) melintas di sisi kolam yang lain, bergantian
dengan pangeran ke-8 Wang Wook (Kang Ha-Neul) di seberangnya.
Sementara itu, pangeran ke-9
Wang Won (Yoon Sun-Woo) sedang memamerkan ototnya di samping Wang Yo, saat seorang
dayang tanpa sengaja menyiram jarinya dengan air panas. Wang Yo yang kesal
hendak memukulnya, namun urung karena Wang Wook mendatanginya dan menanyakan
keberadaan kakak ke-4 (alias Wang So). Wang Wook mengatakan bahwa seharusnya
Wang So sudah datang untuk mandi di kolam tersebut karena akan menghadiri
ritual keagamaan. Saat Wang Yo memperhatikan Wang Wook, Wang Eun memberi tanda
pada si dayang agar pergi meninggalkan mereka.
“Apa dia pernah melakukan
kegiatan seperti yang kita lakukan?” tanya Wang Yo. “Tak usah pikirkan dia,
membuat pusing saja.”
Wang Eun menanggapi bahwa
sudah sifatnya Wang Wook untuk selalu khawatir dengan orang lain. Sembari masuk
ke dalam kolam, Wang Wook berdalih bahwa ia dan Wang So lahir di tahun yang
sama, jadi sudah sewajarnya jika peduli pada Wang So.
“Ini pertama kalinya So
Hyungnim akan menghadiri ritual keagamaan, kan?” tanya Wang Wook. “Aku ingin
tahu apa Yang Mulia punya alasan tertentu menyuruh dia datang.”
“Apa kau sudah tahu kalau
saudara keempat kita membantai keluarganya di Shinju?” pancing Wang Eun.
“Kabarnya itu sangat brutal, dia seperti serigala pembunuh manusia.”
Tapi tak ada satu pun
saudaranya yang mempercayai hal tersebut dan menganggap itu hanya rumor. Mereka
tidak yakin kemampuan bela diri Wang So sehebat itu hingga bisa mengalahkan
pemerintah dan tentara setempat. Wang Yo lantas meminta saudara-saudaranya
untuk berhenti bercanda dan tidak membahas hal tersebut. Ia menegaskan bahwa
Wang So pasti akan datang setelah ritual keagamaan yang ia lakukan selesai.
Tanpa diduga Wang Eun
kembali becanda dengan mengajak mereka untuk bertaruh lama-lamaan mengapung di
air. Meski dicegah oleh yang lain, ia tetap berlari dan melompat masuk ke kolam
yang ada di luar. Saat itu tiba-tiba saja Ha Jin yang sudah mengenakan baju
jaman kerajaan muncul dari dalam kolam dengan tampang bingung.
Wang Eun lantas berteriak
kaget dan memanggil kakak-kakaknya sembari berenang keluar dari kolam. Semua
saudara Wang Eun juga kaget melihat ada seorang wanita tiba-tiba muncul di
sana. Saat Ha Jin sedang kebingungan, Chae-Ryung (Jin Ki-Joo) memanggilnya dari
balik batu yang ada di pinggir kolam. Ia pun segera mengikuti Chae-Ryung meski
tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Wang Eun sempat mencoba mengejarnya,
namun tersandung di dalam kolam.
Chae-Ryung lantas menyeret
Ha Jin sambil mengomelinya karena selalu membuat masalah. Ha Jin mencoba
mencerna apa yang terjadi.
“Kau kenal aku? Tempat ini
kan bukan taman? Apa yang ku lakukan di sini?” tanya Ha Jin.
Chae-Ryung menatapnya dengan
wajah heran. Ia lantas memandangi wajah Ha Jin lalu berkata, “Apa maksudmu kau
tidak tahu tempat ini. Ini area pemandian terbesar di Songak.”
Ha Jin langsung terperanjat
melihat keadaan di sekelilingnya yang memang benar merupakan sebuah pemandian.
“Apaan ini? Memangnya aku
sudah mati? Jadi tempat ini adalah alam baka?” tanya Ha Jin pada dirinya
sendiri sembari tersenyum kecut dan terjatuh tak sadarkan diri sesaat kemudian.
Pangeran ke-empat tiba di
istana Goryeo bersama anak buahnya. Saat hendak masuk, seorang pengawalnya
berkata, “Setelah ritual selesai, jangan lama-lama dan kembalilah ke Shinju.
Kau itu diadopsi di keluarga Kang, jadi jangan lupa itu. Tolong tegakkan nama
keluarga kita di hadapan raja.”
“Adopsi?” respon Wang So
sembari tersenyum sinis. “Dan di sini ku pikir aku dijadikan sandera olehmu
selama ini.”
Wang So lalu masuk ke dalam
istana. Setelah gerbang tertutup, ia turun dari kudanya, mengambil pedangnya,
dan lantas menebas leher kuda tersebut tanpa ragu.
Seorang pengawal
mengingatkannya bahwa pedang tidak boleh dipergunakan di dalam istana. Dengan
santai Wang So menyerahkan pedang berlumuran darah tersebut pada si pengawal
dan melangkah pergi. Saat ditanya apakah perlu disiapkan kuda untuk
perjalanannya pulang nanti, Wang So menjawab bahwa ia tidak akan pulang ke
Shinju.
“Aku takkan kembali ke sana.
Aku takkan kembali ke Shinju sebagai sandera.”
Sementara itu, Ha Jin
terbangun di sebuah kamar tidur dengan kepala dibalut perban. Selain
Chae-Ryung, ada seorang wanita lain di sana, Madam Hae (Park Shi-Eun).
Kebingungan Ha Jin bertambah setelah Chae-Ryung dan Madam Hae memanggilnya
dengan nama Hae Soo.
“Ah iya, aku sudah mati,”
ucap Ha Jin, mencoba menyelesaikan sendiri kebingungannya.
“Kau tidak mati,” ujar
Chae-Ryung, “tapi kau hampir mati tadi.”
“Aku tidak mati?” tanya Ha
Jin dengan kaget. Ia pun tersadar bahwa ada sesuatu yang aneh sedang terjadi.
Bergegas ia melangkah ke luar ruangan dan menyadari bahwa tempat ia berada saat
ini — sebuah rumah besar dengan banyak pelayan di dalamnya — bukanlah tempat ia
berasal.
“Ini bukan mimpi. Kalau aku
tidak mati, lalu dimana aku?”
Chae-Ryung dan Madam Hae
menyusulnya. Madam Hae lalu meminta Chae-Ryung untuk memanggil dokter. Mengira
Ha Jin kehilangan ingatan, madam Hae mengatakan bahwa nama Ha Jin adalah Hae
Soo dan ia sendiri adalah Myung Hee, sepupu keenamnya. Saat itulah Ha Jin baru
menyadari bahwa jiwanya saat ini berada di dalam tubuh orang lain alias Hae
Soo.
Madam Hae melanjutkan, bahwa
saat ini Ha Jin sedang berada di Songak, tepatnya di rumah pangeran ke-8 Wang
Wook. Berpikir sejenak, Ha Jin pun sadar bahwa saat ini ia sedang berada di
jaman Goryeo. Madam Hae mengiyakan.
“Kalau begitu, sekarang
siapa rajanya?” tanya Ha Jin.
“Tentu saja Yang Mulia yang
mendirikan negeri ini,” jawab Madam Hae.
“Taejo Wang Geon?” tanya Ha
Jin setengah tak percaya.
Sementara itu, taejo Wang
Geon alias King Wanggun (Jo Min-Gi) yang dimaksud Ha Jin, sedang memarahi anak
buahnya yang lalai sehingga memungkinkan adanya sebuah percobaan pembunuhan
terhadap putra mahkota. Seseorang ternyata telah meracuni sarapan putra
mahkota, yang untungnya tidak ia makan karena sedang tidak lapar. Apesnya,
seekor burung yang memakannya lah yang kemudian menjadi korban racun di dalam
makanan tersebut. Ia pun memerintahkan mereka untuk menangkap orang yang
berusaha membunuh putra mahkota.
“Kita harus cari tahu kenapa
hal ini bisa terjadi,” ujar menteri Wang Sik-Ryum (Park Jung-Hak), “Apa yang
akan berubah kalau kita cuma menangkap pelakunya saja?”
“Apa maksudmu?” tanya raja.
“Bukankah putra mahkota
harusnya berperilaku sebagai putra mahkota. Pada pertemuan majelis, dia hanya
menerima salam dari utusan asing lalu pergi. Dia ada di medan perang atau
mengunjungi pemandian air panas. Apa Anda tahu bahwa ada rumor kalau putra mahkota
mengidap penyakit tak tersembuhkan?”
Semua yang ada di sana
terdiam mendengar perkataan Sik-Ryum, termasuk sang raja dan juga putra mahkota
Wang Moo yang kebetulan mendengar kata-kata Sik-Ryum dari luar ruangan.
Sik-Ryum melanjutkan, “Oleh
karena itu saya memohon pada Anda. Tolong berhentikan pangeran ke-1, pangeran
Moo, sebagai putra mahkota. Saya memohon dengan sangat untuk mencari kandidat
putra mahkota baru.”
“Apa kalian semua setuju
dengan dia?” tanya raja. “Menurut kalian, siapa di antara kalian yang pantas
mengisi posisi itu jika bukan putra mahkota saat ini.”
Tiba-tiba Wang Wook maju ke
depan dan berlutut, meminta raja untuk menarik kembali perkataannya karena
tidak ada seorang pun di antara mereka yang ingin menjadi putra mahkota.
Berturut-turut Baek Ah dan pangeran-pangeran yang lain melakukan hal yang sama.
Raja lantas memberi tanda
pada Choi Ji-Mong (Kim Sung-Kyun), peramal kerajaan, untuk menyampaikan ramalannya.
Dengan sigap ia pun menjelaskan penafsirannya.
“Bintang putra mahkota Wang
Moo adalah bintang kerajaan di langit. Itu bintang pertama dari lima bintang
utara dan bintang itu bersinar terang setiap hari. Bersinar terang bersama
dengan istana raja Goryeo. Itu artinya pangeran Moo pantas menjadi putra
mahkota.”
Raja lalu menegaskan kembali
perkataan Ji-Mong dan mengatakan bahwa selama ritual keagamaan berlangsung,
pangeran Moo akan melakukan ritual pengusiran roh jahat yang ada di Goryeo.
Tak lama setelah itu,
Sik-Ryum menemui Queen Yoo (Park Ji-Young) yang mengatakan bahwa putra mahkota
sangat beruntung dan panjang umur. Beberapa saat kemudian seorang pelayan masuk
dan memberitahukan pada ratu bahwa pangeran Wang So datang untuk menemuinya. Ia
menolak untuk menemuinya dengan alasan sedang tidak ingin diganggu. Si pelayan
pun terpaksa berbohong dan mengatakan pada Wang So yang menunggu di luar bahwa
ibunya sedang tidak enak badan.
Ha Jin merenungkan kembali
apa yang sudah terjadi pada dirinya di dalam kamar. Setelah sempat meratap, ia
pun menyemangati dirinya kembali dan menganggap telah diberi kesempatan kedua
untuk hidup. Tiba-tiba Chae-Ryung menggedor pintu kamarnya dan meminta
dibukakan pintu. Ha Jin menjadi ketakutan kembali mengingat ia tidak tahu
apapun mengenai dunia luar di masa itu.
Tak lama Wang Wook datang
dan menghampiri madam hae yang sedang terbatuk-batuk di depan kamar Ha Jin.
Mereka lantas memberitahu Wang Wook bahwa Hae Soo siang tadi tercebur ke dalam
air selama dua jam dan berhenti bernafas. Madam Hae mengatakan bahwa dokter
sempat menyatakan Hae-Soo sudah meninggal, namun ternyata ia hidup kembali dan
kini kehilangan ingatannya. Madam Hae lalu menambahkan bahwa ia khawatir Hae
Soo akan melakukan hal-hal yang berbahaya dengan kondisinya saat ini.
Tanpa basa basi Wang Wook
menendang pintu kamar Ha Jin dan mendekatinya. Melihat Ha Jin yang meringkuk
ketakutan melihatnya, ia pun menjaga jaraknya dan berkata, “Soo, jangan takut.
Aku yang membawamu ke tempat ini, jadi aku akan membantumu sampai akhir.”
Ha Jin mendongakkan wajahnya
dan menatap Wang Wook dengan wajah heran setelah mendengar perkataannya
barusan.
“Menghindari masalah ini
takkan mengubah apapun,” lanjut Wang Wook. “Kau harus kuat”.
Wang Wook mengulurkan
tangannya pada Ha Jin dan memintanya untuk percaya padanya. Merasa memang sudah
tidak bisa kembali dan tidak bisa mengubah apapun, Ha Jin bertekad untuk tetap
hidup dan bertahan di sana. Perlahan ia pun menyambut uluran tangan Wang Wook.
Wang So
berdiri di atas pintu gerbang istana. Teringat kembali masa lalunya.
===flashback===
Wang So
dan Wang Moo menjadi saksi pertengkaran orang tua mereka, yaitu raja dan ratu
Yoo.
Ratu Yoo
menentang suaminya menikah lagi karena putra sulung mereka baru saja meninggal.
Tapi Raja tetap pada keputusannya. Ia harus melakukan pernikahan itu untuk
menyelamatkan Goryeo Selatan yang sedang dalam bahaya.
Ratu Yoo
meminta raja mempertimbangkan lagi. Sebelum menjadi seorang raja, suaminya itu
adalah ayah dari anak-anaknya. Apakah hatimu tidak hancur dengan meninggalnya
putra kita? Apakah kau tidak berharap untuk mati sehingga putra kita hidup
kembali?
“Banyak
nyawa menjadi taruhannya…”, sahut Raja singkat, lalu bergegas pergi.
Ratu memanggil
Raja yang akan pergi. Lalu ia menarik Wang Soo dari pegangan Wang Moo.Ratu
berlutut di samping Wang So. “Jika itu memang pilihanmu, artinya hidup kami
tidak berarti lagi bagimu…”. Ratu mengambil belati kecil dari balik bajunya dan
mengarahkannya ke leher Wang So.
“Kau
pilih menikah atau memilih putramu? Pilih Goryeo atau hidup putramu?”, ancam
Ratu Yoo.
Raja
tidak percaya melihat Ratu melakukan itu pada putra mereka. Ia menyuruh Ratu
menjauhkan pisau itu dari Wang So. Karena dengan melakukan itu, tidak akan
mengehntikan pernikahannya.
“Kau
benar-benar sesuatu ya. Jika aku tidak bisa mendapatkan hatimu. Tidak apa. Aku
tidak butuh…”. Ratu Yoo mengayunkan tangannya, siap menghujamkan belati pada
Wang So.
Raja
menahan tangan Ratu, sekua tenaganya. Wang So sendiri mulai menangis. Raja dan
Ratu Yoo terus saling tarik menarik, hingga akhirnya pisau itu terlepas dari
tangan Ratu Yoo. Dan tanpa mereka sadari, tidak sengaja mengenai wajah Wang So.
Tangisan
Wang So berubah menjadi tangisan kesakitan amat sangat. Wang Moo langsung
mendekati adiknya dan melihat apa yang terjadi. Ia langsung memanggil bantuan
saat melihat wajah adiknya mengeluarkan darah.
Sementara
Ratu Yoo, menangis…
===
Flashback End ===
Raja yang
sedang berjalan ditemani oleh seorang kasimnya dan Ji Mong, melihat Wang So
yang sedang sendirian. “Apakah kau membawaku ke sini untuk menjadi salah
satu dari pelindung Putra Mahkota?”, ucap Ji Mong. Eerr… sebenarnya sy ga yakin
sih siapa yang bicara, tapi dari suaranya, mirip suara Ji Mong.
“Aku
tidak tahu apakah kau akan melindunginya atau mengayunkan pedang padanya…”,
ucap Raja sambil menatap Wang So.
Chae
Ryung mengajak Hae Soo berkeliling. Hae Soo merasa sangat senang dan takjub
melihat banyaknya pelayan yang bekerja di sana. Chae Ryung menunjukkan tempat
biasanya Hae Soo bermain panah. “Kau biasa bermain panah dan bahkan sering
bertaruh dalam memainkannya…”, Jelas Chae Ryung.
Chae
Ryung juga menunjukkan tiga pohon yang ia dan Hae Soo tanam bersama-sama. Chae
Ryung juga menceritakan kalau Hae Soo pintar bermain kok.
Hae Soo
mengulang semua penjelasan Chae Ryung tadi dan mengaku kalau ia sudah mulai
ingat. Tapi sayangnya, Hae Soo salah cara menyebutkan nama Chae Ryung. Hae Soo
memanggil Chae Ryung dengan menambahkan -ssi dibelakangnya dan menggunakan
bahasa formal saat berbicara dengan Chae Ryung.
Chae
Ryung tentu saja tidak mau. Hae Soo cepat-cepat mengubah cara bicaranya dan
memanggil Chae Ryung, dengan Chae Ryung-a. Lalu,
Chae Ryung memastikan apakah Hae Soo benar-benar sudah ingat atau belum. Hae
Soo meminta Chae Ryung untuk tidak kahwatir karena ia tipe orang yang cepat
belajar. Ia bahkan bisa belajar 10 hal sekaligus. “Aku akan berusaha dengan
keras….”.
Chae Ryung
seperti tidak percaya kalau Hae Soo benar-benar hilang ingatan. Ia melihat ke
sekeliling, untuk memastikan aman. “Anda pasti bohong, kan? Pangeran dan
istrinya mungkin tidak tahu. Tapi aku selalu berada di sisi anda… Ada apa
sebenarnya? Apa anda bertemu dengan pria baik dari keluarga yang lain? Atau
anda punya banyak hutang?”.
Hae Soo
jelas kaget dan bertanya, apa Hae Soo adalah tipe gadis seperti itu. Diam-diam
bertemu dengan pria lain di malam hari?
“Bukan
seperti itu. Sebenarnya dia tidak terlalu buruk…”, sahut Chae Ryung. Chae Ryung
baru sadar kalau Hae Soo seperti sedang membicarakan orang lain saja. “Oh… Anda
pasti benar-benar terluka…”, cemas Chae Ryung.
Hae Soo
langsung menyesal, merasa sudah salah bicara. I aberpikir, jika ia mengaku
kalau ia bukan Hae Soo, orang-orang pasti akan menganggapnya aneh.
Hae Soo
lalu mengambil tangan Chae Ryung, meletakkannya di dadanya. “Chae Ryung-a, ada
orang lain di dalam tubuhku…”.
Chae
Ryung tentu saja tidak mengerti maksud Hae Soo. Melihat ekspresi bingung Chae
Ryung, Hae Soo bilang, lupakan saja. Hae Soo mengaku kalau ia hanya bercanda
tadi.
Hae Soo
menghela nafas panjang. Merasa sedikit putus asa. Lalu Hae Soo tiba-tiba sadar
kalau di wajahnya sudah tidak ada keriput lagi. Ia sangat senang menyadari
kulitnya sangat lembut. Sudah lama ia tidak merasakan memiliki kulit sehalus
itu.
“O… Dia
pasti merawat kulitnya dengan baik di Goryeo meskipun mereka hanya makan
sayuran…”, ucap Hae Soo lagi.
Chae
Ryung semakin mencemaskan Hae Soo. Hae Soo tidak peduli. Dengan ceria, ia malah
asik bersenam-senam, menggerak-gerakkan tubuhnya.
[Istana Cheomseongdae]
Ji Mong
sedang berada di teras bangunan yang agak tinggi. Ia sedang membuat sebuah
teropong dari bambu.
Wang
bersaudara datang. Wang Eun mengagumi sebuah pesawat kertas yang tergandung di
langit-langit.
Ji Mong
tiba-tiba muncul sambil memanggil Pangeran ke-10 dan merentangkan tangannya
seperti pesawat. “Itu pesawat…”, ucapnya.
Para
pangeran tidak mengerti apa itu pesawat. Ji Mong menjelaskan, “Sesuatu yang
bisa terbang di angkasa seperti burung. Suatu hari nanti, anak-anakmu akan
memiliki anak. Dan anak itu juga akan punya anak. Mereka akan menggunakan ini
untuk bepergian ke luar negeri…”.
Wang Eun
semakin takjub. Ia memuji Ji Mong yang tahu hal-hal yang menakjubkan.
Wang Yo
terlihat tidak begitu tertarik. Ia malah ingin tahu apakah yang diucapkan Ji
Mong tentang bintang milik Putra Mahkota itu benar.
Wang Won
juga sependapat dengan Wang Yo. Menurutnya, orang yang mengetahui keinginan
langit adalah pengikut Putra Mahkota.
“Semua
orang di Goryeo tahu. Pekerjaanku adalah membaca langit. Kau pikir aku akan
bohong?”, ucap Ji Mong, nadanya sedikit tinggi.
Baek A
menantang Ji Mong meramal keberuntungannya. “Jika ramalanku benar, aku akan
menganggap yang kau ucapkan tadi juga benar…”.
Semua
pangeran menatap Ji Mong penuh rasa ingin tahu. Mereka ingin mendengar jawaban
Ji Mong. “Hari lahir Pangeran ke-13 saat Merkuri, Venus, Mars,
dan Jupiter dalam satu garis, kan? Begitulah bagaimana orang-orang besar di jaman dulu. Kau memiliki keberuntungan dalam hal wanita…”.
dan Jupiter dalam satu garis, kan? Begitulah bagaimana orang-orang besar di jaman dulu. Kau memiliki keberuntungan dalam hal wanita…”.
Semuanya
tertawa.
Wang Eun
jadi mengerti kenapa semua gadis di seluruh Songak jatuh hati pada Baek A.
Tidak
hanya Bak A, Wang Jung juga masih belum percaya pada Ji Mong. Menurutnya, jika
hanya itu, ia pun bisa. “Kakak ke-3 ku memiliki keberuntungan dalam memerintah.
Kakak ke-9ku memiliki keberuntungan dalam kekayaan. Kakak ke-8 ku punya
kecerdasan yang tinggi dan kakak ke-10…”.
Wang Jung
tidak menemukan kelebihan apa pun pada Wang Eun. Wang Eun menggetok kepala Wang
Jung, sambil mengatakan kalau ia mendapatkan keberuntungan dari adiknya.
Wang Jung
jadi kesal dan mereka akan mulai berkelahi lagi. Ji Mong tertawa sambil
mengeluh. Menyayangkan mereka yang sudah tidak percaya pada ucapannya lagi.
Padahal dulu saat mereka masih kecil, mereka percaya padanya.
Baek A
bilang, ia memang sudah dewasa dan tidak akan bisa dibodohi lagi. Sebagai anak
yang paling kecil, Wang Jung agak senang karena dikatakan sudah dewasa.
Sebaliknya, Wang Eun yang paling pendek diantara semua saudaranya, protes.
Merasa belum sepenuhnya tumbuh.
Wang Won
menggoda adiknya, Wang Eun, mengatakan tidak apa-apa karena Wang Eun sudah
besar di bagian yang lain. Semua orang menunggu apa lanjutan dari ucapan Wang
Won itu. “Hatinya dan perhatiannya pada orang lain…”, sambung Wang Won.
Semuanya
tertawa geli.
Lalu Wang
Won tiba-tiba ingat, ia mendengar Wang So sudah ada di istana. “Tapi kenapa dia
belum menemuimu ya?”, tanya Wang Won pada Wang Yo.
Wang Jung
bilang, ia juga dengan kalau Wang So menebas kuda hingga mati di depan gerbang,
membuat para penjaga yang sedang berada di sana seperti sedang bermimpi buruk.
“Mereka semuanya bahkan minta cuti…”.
Wang Yo
bilang, ia tidak mau menerima salam dari Wang So.
“Mungkin
dia jauh lebih menderita dari siapa pun… Jangan seperti itu. Dia kakakmu
juga…”, tegur Wang Wook pada Wang Jung dan Wang Won
Orang
yang sedang dibicarakan tiba-tiba muncul. Semuanya terdiam dan menahan nafas.
Wang Yo mendengus sinis. Ji Wook membungkuk sedikit dan Wang Wook, menyapa Wang
So.
Wang
So hanya menyahut singkat dan kemudian pergi. Wang Won dan Wang Jung akhirnya
bisa bernafas kembali. Wang Eun hampir saja jatuh pingsan.
Hae Soo
dan Chae Ryung berjalan di pinggir kolam. Tidak sengaja, mereka melihat Wang
Wook sedang berjalan berdua dengan Ny. Seo. Mereka terlihat mesra. Wang Wook
sangat perhatian pada istrinya.
Chae
Ryung menatap mereka penuh kekaguman. Hae Soo ingin tahu, pangeran seperti
apakah Pangeran ke-8 itu. “Aku hanya tidak ingat…”.
Chae
Ryung bilang, Wang Wook itu adalah pria yang terbaik di seluruh Goryeo. Dia
juga sama terpelajarnya dengan semua pelajar yang ada di luar sana. “Dia adalah
pria memiliki karakter yang baik. Terbaik diantara 25 pangeran…”.
Chae
Ryeong pun menceritakan bahwa banyak orang yang berpikir, Putra Mahkota
bukanlah pangeran yang pertama, tapi pangeran ke-8.
“Jadi,
apakah dia Gwangjong?”, tanya Hae Soo di dalam hati.
Hae Soo
terus menatap ke arah Wang Wook. Ia mengomentari Wang Wook yang sangat baik,
saat Wang Wook sedang membantu melepaskan sepatu Ny. Heo.
Chae Ryung
membenarkan. Wang Wook memang sangat memperhatikan istrinya yang sakit-sakitan.
Istri Wang Wook juga sangat mempercayai Wang Wook dan mengikuti kemana pun Wang
Wook pergi. “Semua orang sangat iri…”.
Hae Soo
teringat saat ia meraih tangan Wang Wook. Saat itu, Wang Wook juga membantu
mengambilkan sepatu untuknya. Akhirnya, di dalam hati Hae Soo memutuskan akan
mempercayai Wang Wook juga.
Hae Soo
terus menatap Wang Wook dengan kedua matanya yang terbuka lebar. Saat itu Wang
Wook sedang duduk minum teh di sebuah gazebo. Tidak sengaja, Wang Wook melihat
Hae Soo yang sedang menatapnya.
Tertangkap
basah oleh Wang Wook, Hae Soo hanya memutar bola matanya saja. Tapi tidak
menundukkan wajahnya. Wang Wook tersenyum tipis. Mata Hae Soo terus terpaku
pada Wang Wook.
Serombongan
gadis tiba di dekat Hae Soo dan Chae Ryung. Gadis itu melihat Hae Soo menatap
ke arah Wang Wook dengan sangat kentara.
“Itu
tidak sopan”, gadis itu menegur Hae Soo. Hae Soo menatap lurus pada gadis itu.
Chae Ryung segera minta maaf dan memberitahukan Hae Soo bahwa gadis itu adalah
Putri Yeon Hwa. Chae Ryung memegang punggung Hae Soo, memaksa Hae Soo
membungkuk pada Yeon Hwa.
“Biarkan
saja dia. Aku dengar dia kehilangan ingatannya… Tapi sepertinya ia juga
kehilangan sopan santunnya. Apa lagi yang harus kita lakukan… Aku pikir tidak
akan terlalu menyakitimu jika mempelajarinya lagi dari awal…”, ucap Yeon Hwa.
Hae Soo
menegakkan badannya. Menatap Yeon Hwa lurus. Hae soo merasa mengenal karakter
seperti Yeon Hwa itu.
Yeon Hwa
memperingatkan Hae Soo untuk tidak ingin tahu atau melihat apa yang sedang
dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah. Karena ia tidak akan mentolerirnya
jika itu terjadi lagi, meskipun Hae Soo adalah sepupu Ny. Heo. “Kau mengerti?”.
Hae Soo
hanya diam, menatap Yeon Hwa. Yeon Hwa mengulang lagi pertanyaannya. Hae Soo
hanya tersenyum dan mengatakan, “Jika kau tidak menyukaiku, katakan saja…”.
Dengan
berani Hae Soo mendekati Yeon Hwa, seperti akan menantang Yeon Hwa. “Aku bisa
melihat kau sedang mencari-cari alasan untuk memarahiku… Itu tidak akan
berhasil padaku. Aku sudah melewati banyak hal…”.
Chae
Ryung langsung meminta maaf. Mengatakan kalau Hae Soo pikiran Hae Soo sedang
tidak baik.
“Kau
bilang aku ini gila?”, marah Hae Soo pada Chae Ryung. Chae Ryung cepat-cepat
meralatnya.
Yeon Hwa
semakin marah melihat tingkah laku Hae Soo. Mereka pasti akan berkelahi
seandainya saja Wang Wook tidak datang melerai.
Hae Soo
dan Yeon Hwa sama-sama terkejut dan menoleh saat Wong Wook menegur mereka. Hae
Soo baru tahu kalau Yeon Hwa adalah adik dari Wang Wook saat Yeon Hwa memanggil
Wang Wook dengan sebutan ‘orabeoni’.
Hae Soo
mengikuti Wang Wook ke perpustakaan, dengan takut-takut. Wang Wook mengatakan,
sepertinya Hae Soo benar-benar hilang ingatan sampai-sampai tidak tahu cara
menyapa orang lain.
Hae Soo
terkejut. Langsung memberi salam pada Wang Wook. Meskipun kemudian ia
meralatnya kembali karena cara pengucapannya yang salah.
Wang Wook
mengerti keadaan Hae Soo. Kalau Hae Soo hilang ingatan, artinya Hae Soo juga
tidak mengenali siapa dirinya.
“Saya
dengar anda pangeran ke-8…”, sahut Hae Soo, tidak terlihat yakin. Wang Wook
tersenyum melihat Hae Soo seperti itu.
Wang Wook
ingin tahu sejak kapan Hae Soo hilang ingatan. Sebelum atau setelah mengintip
para pangeran mandi?
Hae Soo
bilang, ia tidak ingat tentang itu.
Lalu Wang
Wook ingin tahu apa rencana yang akan dilakukan oleh Hae Soo. Saat istrinya
membawa Hae Soo ke kediaman mereka, ia sudah berencana untuk menjaga Hae Soo.
“Kau boleh mendapatkan perawatan atau kembali ke kampung halamanmu. Psti sulit
berada di sini karena kau tidak ingat apa-apa. Aku akan membantumu menyiapkan
sebuah tempat yang kecil…”.
“Kenapa?”
“Apa
maksudmu kenapa?”.
“Aku yang
terluka tapi kenapa kau ingin membantuku? O.. karena aku sepupu istrimu… Tapi
tetap saja, bukan sifatku menerima bantuan dari orang lain… Aku akan
mengatasinya sendiri..”.
Wang Wook
tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Hae Soo. Sepertinya ia baru mendengar
kata yang diucapkan oleh Hae Soo tadi.
Hae Soo
bilang, ia akan melewatinya masalahnya sendiri dan akan belajar dengan keras.
Wang Wook
tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia mengambil buku di rak buku dan kemudian
pergi. Hae Soo mengejar Wang Wook, berusaha menjelaskan bahwa ia tidak ingat
apa-apa dan baginya lebih baik di kediaman Wang Wook karena disana ada Ny. Hae,
Chae Ryung dan juga Wang Wook.
Hae Soo
terus mengejar Wang Wook, berusaha menjelaskan bahwa ia akan berusaha dan
belajar. Hae Soo berjanji akan menjadi seseorang yang dibutuhkan di kediaman
Wang Wook.
Hae Soo
tidak menemukan Wang Wook. Saat ia berbalik, ternyata Wang Wook sudah ada di
belakangnya. Sangat dekat. Menatapnya. “Kau… terlihat seperti orang yang
berbeda… Kita tidak pernah dekat. Tapi cara bicaramu dan tindakanmu… Kau orang
yang berbeda…”.
Hae Soo
yang tadi menatap Wang Wook, menundukkan kepalanya. Lalu sedetik kemudian,
menatap Wang Wook lagi.
“Tapi itu
tidak masalah bagiku…”, ucap Wang Wook, membuat Hae Soo terkejut. Wang Wook
mengatakan ia tidak akan memaksa apakah Hae Soo harus ingat atau tidak atau
bahkan memata-matai paara pangeran. tapi ia tidak ingin Hae Soo membuat Ny. Hae
khawatir. “Kau mengerti?”
“Ya,
Pangeran…”, jawab Hae Soo cepat-cepat. Wang Wook menyuruh Hae Soo pergi. Hae
Soo berjanji akan bekerja keras menghadapinya lalu pergi.
Wang Wook
kembali kebingungan mendengar kata-kata baru yang diucapkan oleh Hae Soo.
Wang So
melihat-lihat isi rak buku di perpustakaannya Ji Mong (?). Tapi ternyata semua
buku yang ia ambil isinya sama, buku dewasa.
Ji Mong
tiba-tiba muncul di belakang Wang So, mengatakan kalau buku yang sedang
dipegang oleh Wang So adalah buku terbaru. “Apa kau mau meminjamnya?”.
Wang So
mendengus dan melempar buku itu pada Ji Mong. Ji Mong langsung menangkapnya.
Wang So ingin tahu kenapa Ji Mong ingin bertemu dengannya.
“Pelayan
yang memberikan sarapan Putra Mahkota ditemukan mati tergantung. Pemunuhnya
menutupinya dengan cara bunuh diri. Bukankah itu artinya si penjahat itu adalah
salah satu dari anggota kerajaan? Terutama, salah satu dari pengeran. Coba cari
pelakunya…”, bisik Ji Mong.
Wang So
mendengus sinis mendengar permintaan Ji Mong itu. Semua orang memanggilnya
anjing serigala dan sekarang Ji Mong pun menganggapnya seekor anjing.
Ji Mong
menyarankan agar Wang So menggunakan kesempatan ini untuk kembali ke Songak. Ia
tahu, Wang So tidak ingin kembali ke Shinju dan menjadi tawanan lagi. “Lihat
keadaanku ini. Aku bilang impian Raja utk mempersatukan ke-3 negeri Han akan
terwujud. Sekarang, lihat dimana aku saat ini…”.
Wang So
tidak ingin Ji Mong mempermainkannya seperti itu. Ia bukan lagi anak kecil yang
senang saat ditemukan. Lalu Ji Mong bilang, itu juga permintaan dari Putra
Mahkota.
Lalu Wang
Moo pun muncul dari balik dinding. Wang So menganggukkan kepalanya saja,
memberi hormat. Ji Mong kemudian berdiri di samping Wang Moo. Menjelaskan bahwa
mereka mendapatkan informasi bahwa ada rencana pembunuhan Putra Mahkota saat
ritual rohani nanti.
Wang So
mengerti apa yang diinginkan Wang Moo. Wang Moo ingin ia berpura-pura menjadi
Wang Moo di acara ritual nanti. “Apa imbalannya kalau aku mau melakukannya?”.
“Kalau
kau juga bisa menangkap pelakunya, aku akan melakukan apa pun yang kau minta…”,
janji Wang Moo.
Wang So
pun mengutarakan keinginannya. “Aku ingin tinggal di Songak”.
Yeon Hwa,
Hae Soo, dan para pelayan membuat lentera berbentuk teratai. Tapi karena Hae
Soo tidak terbiasa, ia sulit melakukannya. Hae Ryung sampai harus membantunya.
Yeon Hwa
bilang, setiap tahun lampion teratai mereka adalah yang terbaik. Tapi
sepertinya, tahun ini mereka akan gagal karena Hae Soo.
Hae Soo
beralasan karena ia sedang sakit. Jadi tangannya tidak bekerja seperti yang ia inginkan.
Yeon Hwa
mengerti dengan keadaan Hae Soo. Ia menyuruh Hae keluar dan beristirahat.
Ekspresi Ny, Hae terlihat tidak tenang.
Untungnya,
Hae Soo menolak. Ia tidak ingin seenaknya istirahat sendiri. Ia meminta Yeon
Hwa menyuruhnya melakukan sesuatu.
Yeon Hwa
menyuruh Chae Ryung menunjukkan tempat mereka membuat lem. “Kau yakin bisa
melakukannya kan?”.
Hae Soo
langsung menganggukkan kepala dengan semangat. Baginya itu tidak masalah.
Hae Soo
baru sadar kalau Yeon Hwa mengerjainya. Ia harus berdiri di atas kursi dan
mengaduk segentong besar lem di atas api. Wajahnya sampai hitam di beberapa
tempat. Hae Soo terus mengomel.
Tapi Hae
Soo berusaha untuk semangat. Ia turun dari kursi, berolah raga sejenak. Saat
itulah, Wang Wook lewat. Wang Wook heran melihat yang dilakukan Hae Soo.
Hae Soo
teringat kembali dengan adukan lemnya dan cepat-cepat kembali berdiri di atas
kursi lalu mengaduk lagi. Hae Soo terus berbicara sendiri, cemas karena lemnya
hangus. Ia melihat ke dalam gentong tapi asap dari gentong membuatnnya
terbatuk-batuk. Saat itulah, ia baru menyadari kehadiran Wang Wook.
Pada Wang
Wook, Hae Soo bilang, ia mendapatkan tugas sangat penting dari Putri Yeon Hwan.
Wang Wook
hanya ber-o saja sambil menganggukkan kepalanya. Sebelum pergi ia mengatakan,
“Kau bilang kau akan mempelajari apapun dan melakukannya. Sepertiya kau
melakukannya dengan baik. Kau ini benar-benar luar biasa ya…”.
Wang Wook
pergi sambil menahan tertawa.
Para
pangeran belajar menggunakan pedang. Guru mereka adalah Ji Mong. Semuanya
melakukan dengan benar, kecuali Wang Eun.
Wang Won
menegur Wang Eun, sambil membetulkan posisi ujung pedang Wang Eun. wang Eun
langsung kesal, melempar pedangnya ke tanah. Ia tidak mau berlatih lagi karena
semua orang menyalahkannya. Menurutnya, Wang Jung juga salah.
Wang Eun
dan Wang Jung hampir saja bertengkar lagi. Ji Mong melerai mereka dan mengajak
mereka bersitirahat.
Saat istirahat,
Wang Wook bertanya dimana Wang So, Karena ini pertama kalinya bagi mereka
seharusnya mereka semua hadir latihan.
“Dia akan
segera tiba…” ucap Ji Mong.
Lalu Wang
Won bertanya pada Ji Mong tentang rumor yang ia dengar. Katanya, setelah ritual
nanti, Raja akan memberikan tahtanya pada Putra Mahkota.
Semuanya
terdiam. Ji Mong juga terkejut. Meskipun reaksi terkejutnya itu seperti
pura-pura. Ji Mong mengaku tidak pernah mendengar rumor seperti itu. Dan
jikapun benar, Raja tidak akan pernah bercerita padanya. “Aku cuma seorang
astronomer…”.
Wang Yo
mendengus sinis saat Ji Mong bilang seperti itu.
Lalu Ji
Mong seperti buru-bir berpamitan. Alasannya karena ia harus bertemu dengan
Putra Mahkota untuk membicarakan tentang tugas Putra Mahkota di ritual nanti. Ia
meminta mereka melanjutkan latihan setelah istirahat nanti.
Setelah
Ji Mong pergi, Wang Wook menegur Wang Won yang bicara tidak berpikir terlebih
dahulu. Ia khawatir jika Raja mendengarnya.
Wang Yo
membela Wang Won, meminta Wang Wook tidak terlalu menyalahkan Wang Won. Bukan
hanya Wang Won saja yang ingin tahu. Dan lagipula, Ji Mong tidak bilang kalau
rumor itu tidak benar.
Wang
Wook tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Hae Soo
sepertinya sudah selesai membuat adonan lem. Ia sempat beristirahat, merebahkan
badan di atas dipan kayu di dekat tungku. Lalu kemudian ia memutuskan untuk
kembali ke dalam rumah, sambil merapikan kembali ujung lengan bajunya yang
dilipat.
Di saat
itulah, ia melihat Ji Mong lewat. Hae Soo teringat, Ji Mong itu mirip seperti
ahjussi gelandangan itu.
Hae Soo
segera mengejar Ji Mong. Ia mengikuti Ji Mong sampai keluar dari kediaman Wang
Wook. Melewati pasar yang ramai orang hingga ke perbatasan.
Keramaian
pasar berubah menjadi kekacauan. Saat terdengar ringkikan kuda, orang-orang
serta merta kocar kacir.
Ternyata
yang lewat adalah Wang So. Wang So memacu kudanya dengan cepat. Orang-orang
langsung menyingkir dengan cepat. Hae Soo yang tidak tahu apa-apa, hanya bisa
terpaku. Menatap kuda yang melaju ke arahnya.
Seseorang
tidak sengaja menyenggolnya, membuatnya limbung, hampir jatuh ke dalam sungai
yang ada di belakangnya.
Dengan
sigap, Wang So meraih pinggang Hae Soo dan menarik Hae Soo ke atas kudanya. Hae
Soo tentu saja terkejut. Terkejut dengan kemunculan seekor kuda yang hampir
menabraknya, lalu terkejut karena seseorang bisa menolongnya hingga seperti
itu. Dan juga terkejut melihat Wang So. Siapakah dia?
Komentar :
Cukup
sulit menuliskan sinopsis drama ini. Bukan karena ceritanya, tapi karena
karakter pangerannya yang banyak. Butuh beberapa kali rerun untuk mengenali
satu persatu.
x
Tidak ada komentar:
Posting Komentar