Jumat, September 02, 2016

SINOPSIS MOON LOVERS: SCARLET HEART RYEO EPISODE 1



Disebuah danau yang Terlihat ramai dengan banyaknya pengunjung semua terlihat sedang asyik berlibur, Go Ha Jin (IU) terlihat sedang melihat ke cermin dengan luka pada ujung bibirnya, wajahnya terlihat sangat lusuh lalu meminum soju langsung dari botol di tepi danau.


Tiba tiba matanya melirik ke seorang paman seperti gembel, menatapnya seperti mengiginkan soju yang diminumnya.  Akhirnya Go Ha Jin memberikan soju nya karna merasa kasihan pada si paman.  Dengan senyum bahagia si paman meminumnya lalu duduk disamping Go Ha Jin.


"Ahjussi pernakah kau merasa ingin tidur selama ratusan atau ribuan tahun? Segala nya menjadi kacau dantidak melihat adanya harapan untuk menjadi lebih baik. kau memberitahu dirimu sendiri bahwa segalanya akan menjadi lebih baik, tapi kemudian hal lainnya berubah menjadi kacau. lebih baik aku tidur dan tidak pernah bangun lagi. aku ingin melupakan segalanya , tapi tidak berhasil "Ucap Go Ha Jin dengan berkaca kaca, namun si paman terlihat mengantuk setelah meminum soju 

Dari pengakuannya tersebut ,Ha Jin ternyata ditipu oleh pacarnya yang meninggalkan hutang cukup besar padanya dan seorang membodohinya kemudian lari bersama pacarnya itu. dengan berlinang air mata Ha Jin menyesal karena mempercayai sembarang orang. 

"Apa kau tau Ahjussi? kupikir jika aku tidak akan berubah maka orang yang kupercayai dan kusukai tidak akan pernah berubah juga. tapi ternyata aku salah. kenapa hidupku seperti ini?" tangis Ha Jin

paman itu berkomentar " hidupmu tidak akan berubah jika hanya karena kau menginginkannya. mungkin jika kau mati dan hidup kembali" Ha Jin bingung dengan ucapan si paman , akhirnya ia menenangkan diri dengan menghela nafas panjang.




Saat itu Ha Jin melihat seorang anak dipinggir danau mengulurkan kakinya ingin naik perahu didekatnya namun jarraknya cukup jauh dari jangkauannya. awalnya ia tak menghiraukan , ia menutup mata  dan menghela nafas untuk menenangkan diri nya, tapi tak lama ia mendengar suara orang tercebur saat ia membuka mata dan melihat si anak  sudah ada di tengah danau dan hampir tenggelam

Ha Jin panik memanggil si paman agar minta tolong, tapi si paman sudah tertidur lelap setelah minum soju. Tapi kemudian ia berusaha menenangkan dirinya , dia yakin pasti ada orang yang melihat anak itu dan akan menyelamatkannya.

Tapi saat melihat disekelilingnya tidak ada satu orangpun yang memperhatikan anak tenggelam itu. Dia meyakinkan diri bahwa pasti akan ada yang menyelamatkan anak itu “ Ha jin tidak perlu menolongnya . Tidak perlu. Meski kau tidak menolongnya orang lain akan .....’’ ucap Ha Jin pada dirinya sampai ia menjerit kesal karena harus ia lagi dan melompat ke dalam danau sambil berteriak frustasi “ kenapa harus aku lagi”


Baru saat itu orang melihat apa yang terjadi. Ayah si anak langsung mengambil perahu untuk menyelamatkan mereka berdua. Ahjussi gelandangan itu terbangun dan saat itu ia melihat ke langit matahari mulai meredup karena gerhana.



Ha Jin mengangkat anak itu terdebih dahulu kedalam oerahu . tapi saat ayah anak tersebut hendak menolong Ha Jin ,gerhana mulai menutupi matahari dan tiba tiba saja Ha Jin seperti tertarik oleh suatu kekuatan gaib yang menariknya makin ke dalam air.





Seketika langit menjadi gelap dan tubuh Ha Jin tertarik masuk ke dalam air. Potongan kejadian-kejadian yang akhir-akhir ini dialami Ha Jin terlintas dalam pikirannya, saat ia memergoki pacarnya berciuman dengan wanita lain lalu menampar wanita tersebut dan berkelahi dengannta , tapi si pacar malah membela wanita itu , lalu saat ia dikejar oleh sekumplula ahjumma ,hingga akhirnya ia masuk ke dalam sebuah bayangan / pusaran hitam.




Di tempat lain — atau lebih tepatnya di era lain, era Goryeo — usai terjadi gerhana matahari total, pangeran Wang So (Lee Joon-Gi) memacu kudanya dengan diikuti oleh pasukannya. Mereka tiba di sebuah pasar tradisional dan penduduk sekitar pun berlari ketakutan sambil meneriakkan julukannya, anjing serigala. Keadaan menjadi sangat rusuh. Pacuan kuda Wang So semakin lama semakin melambat hingga ia berhenti di depan stand penjual jepit rambut. Terlihat bahwa si pangeran menggunakan topeng di wajah sebelah kirinya.



Di kerajaan, pangeran ke-10 Wang Eun (Byun Baek-hyun) menceburkan dirinya ke kolam, diikuti oleh pangeran ke-14 Wang Jung (Ji Soo). Tak jauh dari kolam, pangeran ke-3 Wang Yo (Hong Jong-Hyun) memperhatikan mereka sambil minum secangkir teh. Sesaat kemudian ganti pangeran ke-13 Baek Ah (Nam Joo-Hyuk) melintas di sisi kolam yang lain, bergantian dengan pangeran ke-8 Wang Wook (Kang Ha-Neul) di seberangnya.

Sementara itu, pangeran ke-9 Wang Won (Yoon Sun-Woo) sedang memamerkan ototnya di samping Wang Yo, saat seorang dayang tanpa sengaja menyiram jarinya dengan air panas. Wang Yo yang kesal hendak memukulnya, namun urung karena Wang Wook mendatanginya dan menanyakan keberadaan kakak ke-4 (alias Wang So). Wang Wook mengatakan bahwa seharusnya Wang So sudah datang untuk mandi di kolam tersebut karena akan menghadiri ritual keagamaan. Saat Wang Yo memperhatikan Wang Wook, Wang Eun memberi tanda pada si dayang agar pergi meninggalkan mereka.

“Apa dia pernah melakukan kegiatan seperti yang kita lakukan?” tanya Wang Yo. “Tak usah pikirkan dia, membuat pusing saja.”
Wang Eun menanggapi bahwa sudah sifatnya Wang Wook untuk selalu khawatir dengan orang lain. Sembari masuk ke dalam kolam, Wang Wook berdalih bahwa ia dan Wang So lahir di tahun yang sama, jadi sudah sewajarnya jika peduli pada Wang So.
“Ini pertama kalinya So Hyungnim akan menghadiri ritual keagamaan, kan?” tanya Wang Wook. “Aku ingin tahu apa Yang Mulia punya alasan tertentu menyuruh dia datang.”

“Apa kau sudah tahu kalau saudara keempat kita membantai keluarganya di Shinju?” pancing Wang Eun. “Kabarnya itu sangat brutal, dia seperti serigala pembunuh manusia.”
Tapi tak ada satu pun saudaranya yang mempercayai hal tersebut dan menganggap itu hanya rumor. Mereka tidak yakin kemampuan bela diri Wang So sehebat itu hingga bisa mengalahkan pemerintah dan tentara setempat. Wang Yo lantas meminta saudara-saudaranya untuk berhenti bercanda dan tidak membahas hal tersebut. Ia menegaskan bahwa Wang So pasti akan datang setelah ritual keagamaan yang ia lakukan selesai.

Tanpa diduga Wang Eun kembali becanda dengan mengajak mereka untuk bertaruh lama-lamaan mengapung di air. Meski dicegah oleh yang lain, ia tetap berlari dan melompat masuk ke kolam yang ada di luar. Saat itu tiba-tiba saja Ha Jin yang sudah mengenakan baju jaman kerajaan muncul dari dalam kolam dengan tampang bingung.



Wang Eun lantas berteriak kaget dan memanggil kakak-kakaknya sembari berenang keluar dari kolam. Semua saudara Wang Eun juga kaget melihat ada seorang wanita tiba-tiba muncul di sana. Saat Ha Jin sedang kebingungan, Chae-Ryung (Jin Ki-Joo) memanggilnya dari balik batu yang ada di pinggir kolam. Ia pun segera mengikuti Chae-Ryung meski tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Wang Eun sempat mencoba mengejarnya, namun tersandung di dalam kolam.
Chae-Ryung lantas menyeret Ha Jin sambil mengomelinya karena selalu membuat masalah. Ha Jin mencoba mencerna apa yang terjadi.
“Kau kenal aku? Tempat ini kan bukan taman? Apa yang ku lakukan di sini?” tanya Ha Jin.


Chae-Ryung menatapnya dengan wajah heran. Ia lantas memandangi wajah Ha Jin lalu berkata, “Apa maksudmu kau tidak tahu tempat ini. Ini area pemandian terbesar di Songak.”

Ha Jin langsung terperanjat melihat keadaan di sekelilingnya yang memang benar merupakan sebuah pemandian.
“Apaan ini? Memangnya aku sudah mati? Jadi tempat ini adalah alam baka?” tanya Ha Jin pada dirinya sendiri sembari tersenyum kecut dan terjatuh tak sadarkan diri sesaat kemudian.
Pangeran ke-empat tiba di istana Goryeo bersama anak buahnya. Saat hendak masuk, seorang pengawalnya berkata, “Setelah ritual selesai, jangan lama-lama dan kembalilah ke Shinju. Kau itu diadopsi di keluarga Kang, jadi jangan lupa itu. Tolong tegakkan nama keluarga kita di hadapan raja.”
“Adopsi?” respon Wang So sembari tersenyum sinis. “Dan di sini ku pikir aku dijadikan sandera olehmu selama ini.”


Wang So lalu masuk ke dalam istana. Setelah gerbang tertutup, ia turun dari kudanya, mengambil pedangnya, dan lantas menebas leher kuda tersebut tanpa ragu.
Seorang pengawal mengingatkannya bahwa pedang tidak boleh dipergunakan di dalam istana. Dengan santai Wang So menyerahkan pedang berlumuran darah tersebut pada si pengawal dan melangkah pergi. Saat ditanya apakah perlu disiapkan kuda untuk perjalanannya pulang nanti, Wang So menjawab bahwa ia tidak akan pulang ke Shinju.
“Aku takkan kembali ke sana. Aku takkan kembali ke Shinju sebagai sandera.”


Sementara itu, Ha Jin terbangun di sebuah kamar tidur dengan kepala dibalut perban. Selain Chae-Ryung, ada seorang wanita lain di sana, Madam Hae (Park Shi-Eun). Kebingungan Ha Jin bertambah setelah Chae-Ryung dan Madam Hae memanggilnya dengan nama Hae Soo.
“Ah iya, aku sudah mati,” ucap Ha Jin, mencoba menyelesaikan sendiri kebingungannya.
“Kau tidak mati,” ujar Chae-Ryung, “tapi kau hampir mati tadi.”

“Aku tidak mati?” tanya Ha Jin dengan kaget. Ia pun tersadar bahwa ada sesuatu yang aneh sedang terjadi. Bergegas ia melangkah ke luar ruangan dan menyadari bahwa tempat ia berada saat ini — sebuah rumah besar dengan banyak pelayan di dalamnya — bukanlah tempat ia berasal.


“Ini bukan mimpi. Kalau aku tidak mati, lalu dimana aku?”
Chae-Ryung dan Madam Hae menyusulnya. Madam Hae lalu meminta Chae-Ryung untuk memanggil dokter. Mengira Ha Jin kehilangan ingatan, madam Hae mengatakan bahwa nama Ha Jin adalah Hae Soo dan ia sendiri adalah Myung Hee, sepupu keenamnya. Saat itulah Ha Jin baru menyadari bahwa jiwanya saat ini berada di dalam tubuh orang lain alias Hae Soo.




Madam Hae melanjutkan, bahwa saat ini Ha Jin sedang berada di Songak, tepatnya di rumah pangeran ke-8 Wang Wook. Berpikir sejenak, Ha Jin pun sadar bahwa saat ini ia sedang berada di jaman Goryeo. Madam Hae mengiyakan.
“Kalau begitu, sekarang siapa rajanya?” tanya Ha Jin.
“Tentu saja Yang Mulia yang mendirikan negeri ini,” jawab Madam Hae.
“Taejo Wang Geon?” tanya Ha Jin setengah tak percaya.

Sementara itu, taejo Wang Geon alias King Wanggun (Jo Min-Gi) yang dimaksud Ha Jin, sedang memarahi anak buahnya yang lalai sehingga memungkinkan adanya sebuah percobaan pembunuhan terhadap putra mahkota. Seseorang ternyata telah meracuni sarapan putra mahkota, yang untungnya tidak ia makan karena sedang tidak lapar. Apesnya, seekor burung yang memakannya lah yang kemudian menjadi korban racun di dalam makanan tersebut. Ia pun memerintahkan mereka untuk menangkap orang yang berusaha membunuh putra mahkota.

“Kita harus cari tahu kenapa hal ini bisa terjadi,” ujar menteri Wang Sik-Ryum (Park Jung-Hak), “Apa yang akan berubah kalau kita cuma menangkap pelakunya saja?”
“Apa maksudmu?” tanya raja.
“Bukankah putra mahkota harusnya berperilaku sebagai putra mahkota. Pada pertemuan majelis, dia hanya menerima salam dari utusan asing lalu pergi. Dia ada di medan perang atau mengunjungi pemandian air panas. Apa Anda tahu bahwa ada rumor kalau putra mahkota mengidap penyakit tak tersembuhkan?”
Semua yang ada di sana terdiam mendengar perkataan Sik-Ryum, termasuk sang raja dan juga putra mahkota Wang Moo yang kebetulan mendengar kata-kata Sik-Ryum dari luar ruangan.
Sik-Ryum melanjutkan, “Oleh karena itu saya memohon pada Anda. Tolong berhentikan pangeran ke-1, pangeran Moo, sebagai putra mahkota. Saya memohon dengan sangat untuk mencari kandidat putra mahkota baru.”


“Apa kalian semua setuju dengan dia?” tanya raja. “Menurut kalian, siapa di antara kalian yang pantas mengisi posisi itu jika bukan putra mahkota saat ini.”
Tiba-tiba Wang Wook maju ke depan dan berlutut, meminta raja untuk menarik kembali perkataannya karena tidak ada seorang pun di antara mereka yang ingin menjadi putra mahkota. Berturut-turut Baek Ah dan pangeran-pangeran yang lain melakukan hal yang sama.


Raja lantas memberi tanda pada Choi Ji-Mong (Kim Sung-Kyun), peramal kerajaan, untuk menyampaikan ramalannya. Dengan sigap ia pun menjelaskan penafsirannya.
“Bintang putra mahkota Wang Moo adalah bintang kerajaan di langit. Itu bintang pertama dari lima bintang utara dan bintang itu bersinar terang setiap hari. Bersinar terang bersama dengan istana raja Goryeo. Itu artinya pangeran Moo pantas menjadi putra mahkota.”
Raja lalu menegaskan kembali perkataan Ji-Mong dan mengatakan bahwa selama ritual keagamaan berlangsung, pangeran Moo akan melakukan ritual pengusiran roh jahat yang ada di Goryeo.

Tak lama setelah itu, Sik-Ryum menemui Queen Yoo (Park Ji-Young) yang mengatakan bahwa putra mahkota sangat beruntung dan panjang umur. Beberapa saat kemudian seorang pelayan masuk dan memberitahukan pada ratu bahwa pangeran Wang So datang untuk menemuinya. Ia menolak untuk menemuinya dengan alasan sedang tidak ingin diganggu. Si pelayan pun terpaksa berbohong dan mengatakan pada Wang So yang menunggu di luar bahwa ibunya sedang tidak enak badan.

Ha Jin merenungkan kembali apa yang sudah terjadi pada dirinya di dalam kamar. Setelah sempat meratap, ia pun menyemangati dirinya kembali dan menganggap telah diberi kesempatan kedua untuk hidup. Tiba-tiba Chae-Ryung menggedor pintu kamarnya dan meminta dibukakan pintu. Ha Jin menjadi ketakutan kembali mengingat ia tidak tahu apapun mengenai dunia luar di masa itu.

Tak lama Wang Wook datang dan menghampiri madam hae yang sedang terbatuk-batuk di depan kamar Ha Jin. Mereka lantas memberitahu Wang Wook bahwa Hae Soo siang tadi tercebur ke dalam air selama dua jam dan berhenti bernafas. Madam Hae mengatakan bahwa dokter sempat menyatakan Hae-Soo sudah meninggal, namun ternyata ia hidup kembali dan kini kehilangan ingatannya. Madam Hae lalu menambahkan bahwa ia khawatir Hae Soo akan melakukan hal-hal yang berbahaya dengan kondisinya saat ini.


Tanpa basa basi Wang Wook menendang pintu kamar Ha Jin dan mendekatinya. Melihat Ha Jin yang meringkuk ketakutan melihatnya, ia pun menjaga jaraknya dan berkata, “Soo, jangan takut. Aku yang membawamu ke tempat ini, jadi aku akan membantumu sampai akhir.”
Ha Jin mendongakkan wajahnya dan menatap Wang Wook dengan wajah heran setelah mendengar perkataannya barusan.
“Menghindari masalah ini takkan mengubah apapun,” lanjut Wang Wook. “Kau harus kuat”.



Wang Wook mengulurkan tangannya pada Ha Jin dan memintanya untuk percaya padanya. Merasa memang sudah tidak bisa kembali dan tidak bisa mengubah apapun, Ha Jin bertekad untuk tetap hidup dan bertahan di sana. Perlahan ia pun menyambut uluran tangan Wang Wook.
Wang So berdiri di atas pintu gerbang istana. Teringat kembali masa lalunya.
===flashback===

Wang So dan Wang Moo menjadi saksi pertengkaran orang tua mereka, yaitu raja dan ratu Yoo.


Ratu Yoo menentang suaminya menikah lagi karena putra sulung mereka baru saja meninggal. Tapi Raja tetap pada keputusannya. Ia harus melakukan pernikahan itu untuk menyelamatkan Goryeo Selatan yang sedang dalam bahaya.
Ratu Yoo meminta raja mempertimbangkan lagi. Sebelum menjadi seorang raja, suaminya itu adalah ayah dari anak-anaknya. Apakah hatimu tidak hancur dengan meninggalnya putra kita? Apakah kau tidak berharap untuk mati sehingga putra kita hidup kembali?
“Banyak nyawa menjadi taruhannya…”, sahut Raja singkat, lalu bergegas pergi.

Ratu memanggil Raja yang akan pergi. Lalu ia menarik Wang Soo dari pegangan Wang Moo.Ratu berlutut di samping Wang So. “Jika itu memang pilihanmu, artinya hidup kami tidak berarti lagi bagimu…”. Ratu mengambil belati kecil dari balik bajunya dan mengarahkannya ke leher Wang So.
“Kau pilih menikah atau memilih putramu? Pilih Goryeo atau hidup putramu?”, ancam Ratu Yoo.
Raja tidak percaya melihat Ratu melakukan itu pada putra mereka. Ia menyuruh Ratu menjauhkan pisau itu dari Wang So. Karena dengan melakukan itu, tidak akan mengehntikan pernikahannya.
“Kau benar-benar sesuatu ya. Jika aku tidak bisa mendapatkan hatimu. Tidak apa. Aku tidak butuh…”. Ratu Yoo mengayunkan tangannya, siap menghujamkan belati pada Wang So.
Raja menahan tangan Ratu, sekua tenaganya. Wang So sendiri mulai menangis. Raja dan Ratu Yoo terus saling tarik menarik, hingga akhirnya pisau itu terlepas dari tangan Ratu Yoo. Dan tanpa mereka sadari, tidak sengaja mengenai wajah Wang So.
Tangisan Wang So berubah menjadi tangisan kesakitan amat sangat. Wang Moo langsung mendekati adiknya dan melihat apa yang terjadi. Ia langsung memanggil bantuan saat melihat wajah adiknya mengeluarkan darah.
Sementara Ratu Yoo, menangis…
=== Flashback End ===

Raja yang sedang berjalan ditemani oleh seorang kasimnya dan Ji Mong, melihat Wang So yang sedang sendirian. “Apakah kau membawaku ke sini untuk menjadi salah satu dari pelindung Putra Mahkota?”, ucap Ji Mong. Eerr… sebenarnya sy ga yakin sih siapa yang bicara, tapi dari suaranya, mirip suara Ji Mong.
“Aku tidak tahu apakah kau akan melindunginya atau mengayunkan pedang padanya…”, ucap Raja sambil menatap Wang So.

Chae Ryung mengajak Hae Soo berkeliling. Hae Soo merasa sangat senang dan takjub melihat banyaknya pelayan yang bekerja di sana. Chae Ryung menunjukkan tempat biasanya Hae Soo bermain panah. “Kau biasa bermain panah dan bahkan sering bertaruh dalam memainkannya…”, Jelas Chae Ryung.
Chae Ryung juga menunjukkan tiga pohon yang ia dan Hae Soo tanam bersama-sama. Chae Ryung juga menceritakan kalau Hae Soo pintar bermain kok.

Hae Soo mengulang semua penjelasan Chae Ryung tadi dan mengaku kalau ia sudah mulai ingat. Tapi sayangnya, Hae Soo salah cara menyebutkan nama Chae Ryung. Hae Soo memanggil Chae Ryung dengan menambahkan -ssi dibelakangnya dan menggunakan bahasa formal saat berbicara dengan Chae Ryung.
Chae Ryung tentu saja tidak mau. Hae Soo cepat-cepat mengubah cara bicaranya dan memanggil Chae Ryung, dengan Chae Ryung-a. Lalu, Chae Ryung memastikan apakah Hae Soo benar-benar sudah ingat atau belum. Hae Soo meminta Chae Ryung untuk tidak kahwatir karena ia tipe orang yang cepat belajar. Ia bahkan bisa belajar 10 hal sekaligus. “Aku akan berusaha dengan keras….”.
Chae Ryung seperti tidak percaya kalau Hae Soo benar-benar hilang ingatan. Ia melihat ke sekeliling, untuk memastikan aman. “Anda pasti bohong, kan? Pangeran dan istrinya mungkin tidak tahu. Tapi aku selalu berada di sisi anda… Ada apa sebenarnya? Apa anda bertemu dengan pria baik dari keluarga yang lain? Atau anda punya banyak hutang?”.
Hae Soo jelas kaget dan bertanya, apa Hae Soo adalah tipe gadis seperti itu. Diam-diam bertemu dengan pria lain di malam hari?
“Bukan seperti itu. Sebenarnya dia tidak terlalu buruk…”, sahut Chae Ryung. Chae Ryung baru sadar kalau Hae Soo seperti sedang membicarakan orang lain saja. “Oh… Anda pasti benar-benar terluka…”, cemas Chae Ryung.
Hae Soo langsung menyesal, merasa sudah salah bicara. I aberpikir, jika ia mengaku kalau ia bukan Hae Soo, orang-orang pasti akan menganggapnya aneh.
Hae Soo lalu mengambil tangan Chae Ryung, meletakkannya di dadanya. “Chae Ryung-a, ada orang lain di dalam tubuhku…”.
Chae Ryung tentu saja tidak mengerti maksud Hae Soo. Melihat ekspresi bingung Chae Ryung, Hae Soo bilang, lupakan saja. Hae Soo mengaku kalau ia hanya bercanda tadi.
Hae Soo menghela nafas panjang. Merasa sedikit putus asa. Lalu Hae Soo tiba-tiba sadar kalau di wajahnya sudah tidak ada keriput lagi. Ia sangat senang menyadari kulitnya sangat lembut. Sudah lama ia tidak merasakan memiliki kulit sehalus itu.
“O… Dia pasti merawat kulitnya dengan baik di Goryeo meskipun mereka hanya makan sayuran…”, ucap Hae Soo lagi.
Chae Ryung semakin mencemaskan Hae Soo. Hae Soo tidak peduli. Dengan ceria, ia malah asik bersenam-senam, menggerak-gerakkan tubuhnya.

                                     [Istana Cheomseongdae]

Ji Mong sedang berada di teras bangunan yang agak tinggi. Ia sedang membuat sebuah teropong dari bambu.
Wang bersaudara datang. Wang Eun mengagumi sebuah pesawat kertas yang tergandung di langit-langit.
Ji Mong tiba-tiba muncul sambil memanggil Pangeran ke-10 dan merentangkan tangannya seperti pesawat. “Itu pesawat…”, ucapnya.
Para pangeran tidak mengerti apa itu pesawat. Ji Mong menjelaskan, “Sesuatu yang bisa terbang di angkasa seperti burung. Suatu hari nanti, anak-anakmu akan memiliki anak. Dan anak itu juga akan punya anak. Mereka akan menggunakan ini untuk bepergian ke luar negeri…”.
Wang Eun semakin takjub. Ia memuji Ji Mong yang tahu hal-hal yang menakjubkan.
Wang Yo terlihat tidak begitu tertarik. Ia malah ingin tahu apakah yang diucapkan Ji Mong tentang bintang milik Putra Mahkota itu benar.
Wang Won juga sependapat dengan Wang Yo. Menurutnya, orang yang mengetahui keinginan langit adalah pengikut Putra Mahkota.
“Semua orang di Goryeo tahu. Pekerjaanku adalah membaca langit. Kau pikir aku akan bohong?”, ucap Ji Mong, nadanya sedikit tinggi.
Baek A menantang Ji Mong meramal keberuntungannya. “Jika ramalanku benar, aku akan menganggap yang kau ucapkan tadi juga benar…”.
Semua pangeran menatap Ji Mong penuh rasa ingin tahu. Mereka ingin mendengar jawaban Ji Mong. “Hari lahir Pangeran ke-13 saat Merkuri, Venus, Mars,
dan Jupiter dalam satu garis, kan? Begitulah bagaimana orang-orang besar di jaman dulu. Kau memiliki keberuntungan dalam hal wanita…”.
Semuanya tertawa.
Wang Eun jadi mengerti kenapa semua gadis di seluruh Songak jatuh hati pada Baek A.
Tidak hanya Bak A, Wang Jung juga masih belum percaya pada Ji Mong. Menurutnya, jika hanya itu, ia pun bisa. “Kakak ke-3 ku memiliki keberuntungan dalam memerintah. Kakak ke-9ku memiliki keberuntungan dalam kekayaan. Kakak ke-8 ku punya kecerdasan yang tinggi dan kakak ke-10…”.
Wang Jung tidak menemukan kelebihan apa pun pada Wang Eun. Wang Eun menggetok kepala Wang Jung, sambil mengatakan kalau ia mendapatkan keberuntungan dari adiknya.
Wang Jung jadi kesal dan mereka akan mulai berkelahi lagi. Ji Mong tertawa sambil mengeluh. Menyayangkan mereka yang sudah tidak percaya pada ucapannya lagi. Padahal dulu saat mereka masih kecil, mereka percaya padanya.
Baek A bilang, ia memang sudah dewasa dan tidak akan bisa dibodohi lagi. Sebagai anak yang paling kecil, Wang Jung agak senang karena dikatakan sudah dewasa. Sebaliknya, Wang Eun yang paling pendek diantara semua saudaranya, protes. Merasa belum sepenuhnya tumbuh.
Wang Won menggoda adiknya, Wang Eun, mengatakan tidak apa-apa karena Wang Eun sudah besar di bagian yang lain. Semua orang menunggu apa lanjutan dari ucapan Wang Won itu. “Hatinya dan perhatiannya pada orang lain…”, sambung Wang Won.
Semuanya tertawa geli.
Lalu Wang Won tiba-tiba ingat, ia mendengar Wang So sudah ada di istana. “Tapi kenapa dia belum menemuimu ya?”, tanya Wang Won pada Wang Yo.
Wang Jung bilang, ia juga dengan kalau Wang So menebas kuda hingga mati di depan gerbang, membuat para penjaga yang sedang berada di sana seperti sedang bermimpi buruk. “Mereka semuanya bahkan minta cuti…”.
Wang Yo bilang, ia tidak mau menerima salam dari Wang So.
“Mungkin dia jauh lebih menderita dari siapa pun… Jangan seperti itu. Dia kakakmu juga…”, tegur Wang Wook pada Wang Jung dan Wang Won

Orang yang sedang dibicarakan tiba-tiba muncul. Semuanya terdiam dan menahan nafas. Wang Yo mendengus sinis. Ji Wook membungkuk sedikit dan Wang Wook, menyapa Wang So.
Wang So hanya menyahut singkat dan kemudian pergi. Wang Won dan Wang Jung akhirnya bisa bernafas kembali. Wang Eun hampir saja jatuh pingsan.



Hae Soo dan Chae Ryung berjalan di pinggir kolam. Tidak sengaja, mereka melihat Wang Wook sedang berjalan berdua dengan Ny. Seo. Mereka terlihat mesra. Wang Wook sangat perhatian pada istrinya.

Chae Ryung menatap mereka penuh kekaguman. Hae Soo ingin tahu, pangeran seperti apakah Pangeran ke-8 itu. “Aku hanya tidak ingat…”.
Chae Ryung bilang, Wang Wook itu adalah pria yang terbaik di seluruh Goryeo. Dia juga sama terpelajarnya dengan semua pelajar yang ada di luar sana. “Dia adalah pria memiliki karakter yang baik. Terbaik diantara 25 pangeran…”.
Chae Ryeong pun menceritakan bahwa banyak orang yang berpikir, Putra Mahkota bukanlah pangeran yang pertama, tapi pangeran ke-8.
“Jadi, apakah dia Gwangjong?”, tanya Hae Soo di dalam hati.


Hae Soo terus menatap ke arah Wang Wook. Ia mengomentari Wang Wook yang sangat baik, saat Wang Wook sedang membantu melepaskan sepatu Ny. Heo.

Chae Ryung membenarkan. Wang Wook memang sangat memperhatikan istrinya yang sakit-sakitan. Istri Wang Wook juga sangat mempercayai Wang Wook dan mengikuti kemana pun Wang Wook pergi. “Semua orang sangat iri…”.
Hae Soo teringat saat ia meraih tangan Wang Wook. Saat itu, Wang Wook juga membantu mengambilkan sepatu untuknya. Akhirnya, di dalam hati Hae Soo memutuskan akan mempercayai Wang Wook juga.


Hae Soo terus menatap Wang Wook dengan kedua matanya yang terbuka lebar. Saat itu Wang Wook sedang duduk minum teh di sebuah gazebo. Tidak sengaja, Wang Wook melihat Hae Soo yang sedang menatapnya.
Tertangkap basah oleh Wang Wook, Hae Soo hanya memutar bola matanya saja. Tapi tidak menundukkan wajahnya. Wang Wook tersenyum tipis. Mata Hae Soo terus terpaku pada Wang Wook. 

Serombongan gadis tiba di dekat Hae Soo dan Chae Ryung. Gadis itu melihat Hae Soo menatap ke arah Wang Wook dengan sangat kentara.
“Itu tidak sopan”, gadis itu menegur Hae Soo. Hae Soo menatap lurus pada gadis itu. Chae Ryung segera minta maaf dan memberitahukan Hae Soo bahwa gadis itu adalah Putri Yeon Hwa. Chae Ryung memegang punggung Hae Soo, memaksa Hae Soo membungkuk pada Yeon Hwa.
“Biarkan saja dia. Aku dengar dia kehilangan ingatannya… Tapi sepertinya ia juga kehilangan sopan santunnya. Apa lagi yang harus kita lakukan… Aku pikir tidak akan terlalu menyakitimu jika mempelajarinya lagi dari awal…”, ucap Yeon Hwa.
Hae Soo menegakkan badannya. Menatap Yeon Hwa lurus. Hae soo merasa mengenal karakter seperti Yeon Hwa itu.
Yeon Hwa memperingatkan Hae Soo untuk tidak ingin tahu atau melihat apa yang sedang dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah. Karena ia tidak akan mentolerirnya jika itu terjadi lagi, meskipun Hae Soo adalah sepupu Ny. Heo. “Kau mengerti?”.

Hae Soo hanya diam, menatap Yeon Hwa. Yeon Hwa mengulang lagi pertanyaannya. Hae Soo hanya tersenyum dan mengatakan, “Jika kau tidak menyukaiku, katakan saja…”.
Dengan berani Hae Soo mendekati Yeon Hwa, seperti akan menantang Yeon Hwa. “Aku bisa melihat kau sedang mencari-cari alasan untuk memarahiku… Itu tidak akan berhasil padaku. Aku sudah melewati banyak hal…”.
Chae Ryung langsung meminta maaf. Mengatakan kalau Hae Soo pikiran Hae Soo sedang tidak baik.
“Kau bilang aku ini gila?”, marah Hae Soo pada Chae Ryung. Chae Ryung cepat-cepat meralatnya.
Yeon Hwa semakin marah melihat tingkah laku Hae Soo. Mereka pasti akan berkelahi seandainya saja Wang Wook tidak datang melerai.
Hae Soo dan Yeon Hwa sama-sama terkejut dan menoleh saat Wong Wook menegur mereka. Hae Soo baru tahu kalau Yeon Hwa adalah adik dari Wang Wook saat Yeon Hwa memanggil Wang Wook dengan sebutan ‘orabeoni’.

Hae Soo mengikuti Wang Wook ke perpustakaan, dengan takut-takut. Wang Wook mengatakan, sepertinya Hae Soo benar-benar hilang ingatan sampai-sampai tidak tahu cara menyapa orang lain.
Hae Soo terkejut. Langsung memberi salam pada Wang Wook. Meskipun kemudian ia meralatnya kembali karena cara pengucapannya yang salah.
Wang Wook mengerti keadaan Hae Soo. Kalau Hae Soo hilang ingatan, artinya Hae Soo juga tidak mengenali siapa dirinya.
“Saya dengar anda pangeran ke-8…”, sahut Hae Soo, tidak terlihat yakin. Wang Wook tersenyum melihat Hae Soo seperti itu.
Wang Wook ingin tahu sejak kapan Hae Soo hilang ingatan. Sebelum atau setelah mengintip para pangeran mandi?
Hae Soo bilang, ia tidak ingat tentang itu.


Lalu Wang Wook ingin tahu apa rencana yang akan dilakukan oleh Hae Soo. Saat istrinya membawa Hae Soo ke kediaman mereka, ia sudah berencana untuk menjaga Hae Soo. “Kau boleh mendapatkan perawatan atau kembali ke kampung halamanmu. Psti sulit berada di sini karena kau tidak ingat apa-apa. Aku akan membantumu menyiapkan sebuah tempat yang kecil…”.
“Kenapa?”
“Apa maksudmu kenapa?”.
“Aku yang terluka tapi kenapa kau ingin membantuku? O.. karena aku sepupu istrimu… Tapi tetap saja, bukan sifatku menerima bantuan dari orang lain… Aku akan mengatasinya sendiri..”.
Wang Wook tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Hae Soo. Sepertinya ia baru mendengar kata yang diucapkan oleh Hae Soo tadi.
Hae Soo bilang, ia akan melewatinya masalahnya sendiri dan akan belajar dengan keras.
Wang Wook tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia mengambil buku di rak buku dan kemudian pergi. Hae Soo mengejar Wang Wook, berusaha menjelaskan bahwa ia tidak ingat apa-apa dan baginya lebih baik di kediaman Wang Wook karena disana ada Ny. Hae, Chae Ryung dan juga Wang Wook.
Hae Soo terus mengejar Wang Wook, berusaha menjelaskan bahwa ia akan berusaha dan belajar. Hae Soo berjanji akan menjadi seseorang yang dibutuhkan di kediaman Wang Wook.



Hae Soo tidak menemukan Wang Wook. Saat ia berbalik, ternyata Wang Wook sudah ada di belakangnya. Sangat dekat. Menatapnya. “Kau… terlihat seperti orang yang berbeda… Kita tidak pernah dekat. Tapi cara bicaramu dan tindakanmu… Kau orang yang berbeda…”.
Hae Soo yang tadi menatap Wang Wook, menundukkan kepalanya. Lalu sedetik kemudian, menatap Wang Wook lagi.
“Tapi itu tidak masalah bagiku…”, ucap Wang Wook, membuat Hae Soo terkejut. Wang Wook mengatakan ia tidak akan memaksa apakah Hae Soo harus ingat atau tidak atau bahkan memata-matai paara pangeran. tapi ia tidak ingin Hae Soo membuat Ny. Hae khawatir. “Kau mengerti?”
“Ya, Pangeran…”, jawab Hae Soo cepat-cepat. Wang Wook menyuruh Hae Soo pergi. Hae Soo berjanji akan bekerja keras menghadapinya lalu pergi.
Wang Wook kembali kebingungan mendengar kata-kata baru yang diucapkan oleh Hae Soo.
Wang So melihat-lihat isi rak buku di perpustakaannya Ji Mong (?). Tapi ternyata semua buku yang ia ambil isinya sama, buku dewasa.
Ji Mong tiba-tiba muncul di belakang Wang So, mengatakan kalau buku yang sedang dipegang oleh Wang So adalah buku terbaru. “Apa kau mau meminjamnya?”.
Wang So mendengus dan melempar buku itu pada Ji Mong. Ji Mong langsung menangkapnya. Wang So ingin tahu kenapa Ji Mong ingin bertemu dengannya.
“Pelayan yang memberikan sarapan Putra Mahkota ditemukan mati tergantung. Pemunuhnya menutupinya dengan cara bunuh diri. Bukankah itu artinya si penjahat itu adalah salah satu dari anggota kerajaan? Terutama, salah satu dari pengeran. Coba cari pelakunya…”, bisik Ji Mong.
Wang So mendengus sinis mendengar permintaan Ji Mong itu. Semua orang memanggilnya anjing serigala dan sekarang Ji Mong pun menganggapnya seekor anjing.
Ji Mong menyarankan agar Wang So menggunakan kesempatan ini untuk kembali ke Songak. Ia tahu, Wang So tidak ingin kembali ke Shinju dan menjadi tawanan lagi. “Lihat keadaanku ini. Aku bilang impian Raja utk mempersatukan ke-3 negeri Han akan terwujud. Sekarang, lihat dimana aku saat ini…”.
Wang So tidak ingin Ji Mong mempermainkannya seperti itu. Ia bukan lagi anak kecil yang senang saat ditemukan. Lalu Ji Mong bilang, itu juga permintaan dari Putra Mahkota.

Lalu Wang Moo pun muncul dari balik dinding. Wang So menganggukkan kepalanya saja, memberi hormat. Ji Mong kemudian berdiri di samping Wang Moo. Menjelaskan bahwa mereka mendapatkan informasi bahwa ada rencana pembunuhan Putra Mahkota saat ritual rohani nanti.
Wang So mengerti apa yang diinginkan Wang Moo. Wang Moo ingin ia berpura-pura menjadi Wang Moo di acara ritual nanti. “Apa imbalannya kalau aku mau melakukannya?”.
“Kalau kau juga bisa menangkap pelakunya, aku akan melakukan apa pun yang kau minta…”, janji Wang Moo.
Wang So pun mengutarakan keinginannya. “Aku ingin tinggal di Songak”.
Yeon Hwa, Hae Soo, dan para pelayan membuat lentera berbentuk teratai. Tapi karena Hae Soo tidak terbiasa, ia sulit melakukannya. Hae Ryung sampai harus membantunya.
Yeon Hwa bilang, setiap tahun lampion teratai mereka adalah yang terbaik. Tapi sepertinya, tahun ini mereka akan gagal karena Hae Soo.
Hae Soo beralasan karena ia sedang sakit. Jadi tangannya tidak bekerja seperti yang ia inginkan.
Yeon Hwa mengerti dengan keadaan Hae Soo. Ia menyuruh Hae keluar dan beristirahat. Ekspresi Ny, Hae terlihat tidak tenang.
Untungnya, Hae Soo menolak. Ia tidak ingin seenaknya istirahat sendiri. Ia meminta Yeon Hwa menyuruhnya melakukan sesuatu.
Yeon Hwa menyuruh Chae Ryung menunjukkan tempat mereka membuat lem. “Kau yakin bisa melakukannya kan?”.
Hae Soo langsung menganggukkan kepala dengan semangat. Baginya itu tidak masalah.

Hae Soo baru sadar kalau Yeon Hwa mengerjainya. Ia harus berdiri di atas kursi dan mengaduk segentong besar lem di atas api. Wajahnya sampai hitam di beberapa tempat. Hae Soo terus mengomel.
Tapi Hae Soo berusaha untuk semangat. Ia turun dari kursi, berolah raga sejenak. Saat itulah, Wang Wook lewat. Wang Wook heran melihat yang dilakukan Hae Soo.
Hae Soo teringat kembali dengan adukan lemnya dan cepat-cepat kembali berdiri di atas kursi lalu mengaduk lagi. Hae Soo terus berbicara sendiri, cemas karena lemnya hangus. Ia melihat ke dalam gentong tapi asap dari gentong membuatnnya terbatuk-batuk. Saat itulah, ia baru menyadari kehadiran Wang Wook.
Pada Wang Wook, Hae Soo bilang, ia mendapatkan tugas sangat penting dari Putri Yeon Hwan.
Wang Wook hanya ber-o saja sambil menganggukkan kepalanya. Sebelum pergi ia mengatakan, “Kau bilang kau akan mempelajari apapun dan melakukannya. Sepertiya kau melakukannya dengan baik. Kau ini benar-benar luar biasa ya…”.
Wang Wook pergi sambil menahan tertawa.
Para pangeran belajar menggunakan pedang. Guru mereka adalah Ji Mong. Semuanya melakukan dengan benar, kecuali Wang Eun.
Wang Won menegur Wang Eun, sambil membetulkan posisi ujung pedang Wang Eun. wang Eun langsung kesal, melempar pedangnya ke tanah. Ia tidak mau berlatih lagi karena semua orang menyalahkannya. Menurutnya, Wang Jung juga salah.
Wang Eun dan Wang Jung hampir saja bertengkar lagi. Ji Mong melerai mereka dan mengajak mereka bersitirahat.

Saat istirahat, Wang Wook bertanya dimana Wang So, Karena ini pertama kalinya bagi mereka seharusnya mereka semua hadir latihan.
“Dia akan segera tiba…” ucap Ji Mong.
Lalu Wang Won bertanya pada Ji Mong tentang rumor yang ia dengar. Katanya, setelah ritual nanti, Raja akan memberikan tahtanya pada Putra Mahkota.
Semuanya terdiam. Ji Mong juga terkejut. Meskipun reaksi terkejutnya itu seperti pura-pura. Ji Mong mengaku tidak pernah mendengar rumor seperti itu. Dan jikapun benar, Raja tidak akan pernah bercerita padanya. “Aku cuma seorang astronomer…”.
Wang Yo mendengus sinis saat Ji Mong bilang seperti itu.
Lalu Ji Mong seperti buru-bir berpamitan. Alasannya karena ia harus bertemu dengan Putra Mahkota untuk membicarakan tentang tugas Putra Mahkota di ritual nanti. Ia meminta mereka melanjutkan latihan setelah istirahat nanti.
Setelah Ji Mong pergi, Wang Wook menegur Wang Won yang bicara tidak berpikir terlebih dahulu. Ia khawatir jika Raja mendengarnya.
Wang Yo membela Wang Won, meminta Wang Wook tidak terlalu menyalahkan Wang Won. Bukan hanya Wang Won saja yang ingin tahu. Dan lagipula, Ji Mong tidak bilang kalau rumor itu tidak benar.
Wang Wook tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Hae Soo sepertinya sudah selesai membuat adonan lem. Ia sempat beristirahat, merebahkan badan di atas dipan kayu di dekat tungku. Lalu kemudian ia memutuskan untuk kembali ke dalam rumah, sambil merapikan kembali ujung lengan bajunya yang dilipat.
Di saat itulah, ia melihat Ji Mong lewat. Hae Soo teringat, Ji Mong itu mirip seperti ahjussi gelandangan itu.
Hae Soo segera mengejar Ji Mong. Ia mengikuti Ji Mong sampai keluar dari kediaman Wang Wook. Melewati pasar yang ramai orang hingga ke perbatasan.
Keramaian pasar berubah menjadi kekacauan. Saat terdengar ringkikan kuda, orang-orang serta merta kocar kacir.

Ternyata yang lewat adalah Wang So. Wang So memacu kudanya dengan cepat. Orang-orang langsung menyingkir dengan cepat. Hae Soo yang tidak tahu apa-apa, hanya bisa terpaku. Menatap kuda yang melaju ke arahnya.
Seseorang tidak sengaja menyenggolnya, membuatnya limbung, hampir jatuh ke dalam sungai yang ada di belakangnya.

Dengan sigap, Wang So meraih pinggang Hae Soo dan menarik Hae Soo ke atas kudanya. Hae Soo tentu saja terkejut. Terkejut dengan kemunculan seekor kuda yang hampir menabraknya, lalu terkejut karena seseorang bisa menolongnya hingga seperti itu. Dan juga terkejut melihat Wang So. Siapakah dia?
Komentar :
Cukup sulit menuliskan sinopsis drama ini. Bukan karena ceritanya, tapi karena karakter pangerannya yang banyak. Butuh beberapa kali rerun untuk mengenali satu persatu.





x

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MANFAAT MEMPELAJARI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

A.     Pengertian Manajemen Sumber daya Manusia Gary Dessler (2000) menjelaskan bahwa MSDM adalah kebijakan dan praktik yang dibutuhkan ...