Selasa, Maret 28, 2017

PEREKONOMIAN INDONESIA#

       I.         TUGAS  PEREKONOMIAN INDONESIA



Kelompok :
-          DEVITA TRIE CAHYANI   (21216885)
-          KURNIA TRYANTI               (23216971)
-          RIVAN RIZKY MAULANA (26216519)
-          SETIYANTO HARTONO      (26216947)

-1EB21-

SOFTSKILL PEREKONOMIAN INDONESIA

UNIVERSITAS GUNADARMA
KALIMALANG
2017
   PENGERTIAN PDB

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah menghitung hasil produksi suatu prekonomian tanpa memperhatikan siapa pemilik faktor produksi tersebut. Semua faktor produksi yang berlokasi dalam perekonomian tersebut outputnya diperhitungkan dalam PDB. Akibatnya PDB kurang memberikan gambaran tentang berapa sebenarnya output yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik perekonomian domestik.
PDB menggambarkan nilai pasar dari semua barang dan jasa yang diproduksi oleh ekonomi pada periode waktu terukur, termasuk konsumsi pribadi, pembelanjaan pemerintah, persediaan pribadi, setoran biaya konstruksi dan balance perdagangan luar negeri (ekspor ditambahkan, sedangkan impor dikurangkan).

Ø  Rumus PDB Pendekatan Produksi
Y = (Q1 × P1) + (Q2 × P2) + (Q3 × P3) + … + (Qn × Pn)
Keterangan :
Y = Pendapatan Nasional
Q1, Q2, Q3, dan Qn = jumlah jenis barang ke-1, ke-2, ke-3, ke-n
P1, P2, P3, dan Pn = harga jenis barang ke-1, ke-2, ke-3, ke-n
Ø  Rumus PDB Pendekatan Pendapatan
PN = w + i + r + π
W : wage(upah/gaji)
I   : interest(bunga modal)
R  : rent( sewa)
π  : profit (laba)
Ø  Rumus PDB Pendekatan Pengeluaran

PDB = C + I + G + (X-M)
Keterangan
C  : Konsumsi rumah tangga
 I  : Investasi
G : Konsumsi pemerintah 
X : Ekspor 
M : Impor 
Dari rumus berdasarkan pendekatan pengeluaran, dapat dijelaskan bahwa apabila konsumsi bertambah maka akan berpengaruh pada PDB yang akan meningkat pula. Begitu juga dengan Investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor bersih apabila mengalami peningkatan maka jumlah PDB akan meningkat, hal ini dikarenakan komponen-komponen tersebut berada dalam satu fungsi linier. Oleh karena itu, setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan nilai ekspor bersih.

    II.            Contoh yang bekaitan dengan PDB
            PDB dan Kesejahteraan Seandainya kita berada dalam suatu kota dengan tingkat kriminalitas yang sangat tinggi, maka kita akan mendorong agar pihak kepolisian diberikan anggaran yang lebih besar untuk menekan angka kriminalitas tersebut.  Karena konsumsi pemerintah (termasuk kepolisian) merupakan salah satu penyumbang angka PDB, maka kota kita merupakan kota dengan PDB yang lebih tinggi dibandingkan dengan kota-kota lain yang tingkat kriminalitasnya rendah.  Pertanyaan berikutnya adalah apakah benar logika kita menyatakan bahwa semakin tinggi kriminalitas maka PDB semakin tinggi pula atau sebaliknya. Kelemahan-kelemahan PDB terkait dengan kapabilitasnya dalam melingkupi fenomena sosial sudah menjadi perhatian beberapa ahli.  Anheier dan Stares (2002), Fleurbaey (2009), dan Michaelson et al. (2009) dalam de Leon dan Boris (2010:3) menyatakan bahwa PDB melupakan variasi kekayaan, aliran pendapatan internasional, produksi jasa rumah tangga, kerusakan lingkungan, dan banyak faktor penentu kesejahteraan seperti kualitas hubungan sosial, keamanan ekonomi, keamanan pribadi, kesehatan, dan harapan hidup.  Santosa (2010) menilai sangat mungkin terjadi PDB yang tinggi namun ekonomi masyarakat malah merosot.  Hal ini diperkuat oleh Eurodiaconia (2011) yang mengingatkan bahwa memperlakukan kesejahteraan dan PDB secara setara dapat menyebabkan kekeliruan dalam menetapkan indikator masyarakat mampu.
            Jadi dapat disimpulkan PDB kurang memberikan gambaran tentang berapa sebenarnya output yang dihasilkan oleh faktor – faktor produksi milik perekonomian domestik.

 III.            PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI INDONESIA
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan produk domestik bruto dari suatu negara atau daerah. Pertumbuhan ekonomi dikatakan meningkat apabila persentase kenaikan PDB pada suatu periode lebih besar dari periode sebelumnya. Kenaikan PDB tersebut tidak disertai perhitungan persentasenya terhadap tingkat pertumbuhan penduduk. Jadi pertumbuhan ekonomi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan PDB suatu negara tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan ekonomi dapat menurunkan tingkat kemiskinan dengan menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan jumlah pekerja yang cepat dan merata. Pertumbuhan ekonomi juga harus disertai dengan program pembangunan sosial .
Dalam GBHN, tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Indikator untuk mengukur kesejahteraan adalah National Income.
Awal pembangunan ekonomi suatu Negara dengan prioritas:
·         Pertumbuhan ekonomi
·         Distribusi pendapatan
Proses pembangunan ekonomi merubah struktur ekonomi secara mendasar:
·         Sisi permintaan agregat, pendalaman struktur ekonomi didorong oleh peningkatan national income yang berpengaruh terhadap selera masyarakat yang terefleksi dalam pola konsumsinya.
·         Sisi penawaran agregat, faktor pendorong utamanya adalah perubahan teknologi, peningkatan SDM, dan penemuan material baru untuk produksi.
Menurut Dumairy struktur perekonomian suatu negara dapat dilihat dariu berbagai sudut tinjauan. Setidak-tidaknya struktur perekonomian dapat dilihat dari empat sudut tinjauan, yaitu tinjauan makro-sektoral, tinjauan keuangan, tinjauan penyelenggaraan kenegaraan, dan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan.
Tinjauan makro-sektoral dan keuangan merupakan tinjauan ekonomi murni sedangkan tinjauan kenegaraan dan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan adalah tinjauan di bidang politik. Berikut penjelasannya:
Ø  Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Makro-Sektoral
Berdasarkan tinjauan makro-sektoral perekonomian suatu negara dapat berstruktur agraris, industri, atau niaga. Hal ini tergantung pada sektor apa/mana yang dapat menjadi tulang punggung perekonomian negara yang bersangkutan. Dilihat secara makro sektoral dalam bentuk produk domestik bruto maka struktur perekonomian Indonesia dam[ppai tahun 1990-an masih agraris, namun sekarang sudah berstruktur industri.
Struktur perekonomian Indonesia yang industrialisasi pada saat ini sesungguhnya belum mutlak, tetapi masih sangat dini. Industrialisasi di Indonesia barulah berdasarkan kontribusi sektoral dalam membentuk PDB atau pendapatan nasional. Industrialisasi yang ada belum didukung dengan kontribusi sektoral dalam penerapan tenaga dan angkatan kerja. Apabila kontribusi sektoral dalam menyumbang pendapatan dan dalam penerapan tenaga kerja diperbandingkan, maka struktur ekonomi Indonesia ternyata masih dualisme.
Boeke seoang ekonom Belanda mengatakan bahwa perekonomian Indonesia berstruktur dualistis. Sebab dari segi penyerapan tenaga kerja dan sumber kehidupan rakyat (53,69%), sedangkan sektor industri pengolahan hanya menyerap 10,51% tenaga kerja.

Ø Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Keruangan
Pergesern sturktur ekopnomi secara makro-sektoral senada dengan pergeserannya dengan keruanngan, ditinjau dari sudut pandang keruangan, struktur perekonomian telah bergeser dari struktur pedesaan menjadi struktur perkotaan. Hal ioni dapat kita lihat dan kita rasakan sejak Pelita I hingga era reformasi sekarang ini. Kemajuan perekonomian di kota-kota jauh lebih besar dibandingkan dengan di pedesaan., hal ini disebabkan pembangunan industri-industri pengolahan di daerah perkotaan dan juga makin berkembangnya sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi.
Dengan demikian jumlah penduduk yang tinggal di kawasan pedesaan menjadi lebih sedikit, hal ini bukan semata-mata karena perpindahan pendudik dari pedesaan ke kota untuk bekerja di pabrik-pabrik tetapi juga karena mekar dan berkembangnya kota-kota khusunya di pulau Jawa sehingga terjadi penumoukan penduduk disini. Disamping itu juga kehidupan masyarakat sehari-hari semakin modern yang tercermin dari perilaku konsumtif masyarakat dan juga penerapan teknologi modern untuk proses produksi oleh perusahaan-perusahaan.

Ø  Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Penyelenggaraan Kenegaraan
Struktur ekonomi dapat pula melihatnya dengan tinjauan penyelenggraan kenegaraan. Ditinjau dari sini maka struktur perekonomian dapat dibedakan menjadi struktur etatis, egaliter, atau borjuis. Predikat ini bergantung pada siapa atau kalangan mana yang menjadi pemeranm utama dalam perekonomian yang berangkutan, yaitu bisa pemerintah/negara, bisa rakyat kebanyakan atau kalangan pemodal dan usahawan.
Struktur ekonomi Indonesia sejak awal Orde Baru hingga pertengahan dasawarsa 1980-an berstruktur etatis dimana pemerintah atau negara dengan BUMN dan BUMD sebagai kepanjangan tangannya, merupakan pelaku utama perekonomian Indonesia. Baru mulai pertengahan dasawarsa 1990-an peran pemerintah dalam perekonomian berangsur-angsur dikurangi, yaitu sesudah secara eksplisit dituangkan melalui GBHN 1988/1989 mengundang kalangan swasta untuk berperan lebih besar dlam perekonomian nasional.
Struktur ekonomi ini arahnya untuk sementara adalah ke perekonomian yang berstruktur borjuis, dan belum mengarah ke struktur perekonomian yang egaliter, karena baru kalangan pemodal dan usahawan kuatlah yang dapat dengan cepat menanggapi undangan dari pemerintah tersebut. Maka akibatnya terjadi ekonomi konglomerasi dimana hanya beberapa orang pemodal kuat yang mengendalikan sektor-sektor ekonomi di Indonesia, yang dampaknya kita rasakan sekarang yaitu ambruknya perekonomian Indonesia karena tidak terkendalinya investasi-investasi yang dananya berupa pinjaman dari luar negeri.
Pada era revormasi ini struktur ekonomi Indonesia diarahkana pada strruktur ekonomi egaliter dimana seluruh penggerak roda perekonomian dilibatkan dalam membangun perekonomian Indonesia. Misalnya dengan memperkuat peran usaha-usaha koperasi, pengusaha mikro, kecil; dan menengah karena mereka dianggap pelaku-pelaku ekonomi yang tahan menghadapai krisis ekonomi, dan dianggap sebagai pelaku-pelaku ekonomi yang mampu menjadi penyangga perekonomian Indonesia.

Ø  Struktur Ekonomi Dari Tinjauan Birokrasi Pengambilan Keputusan
Struktur ekonomi dapat pula dilihat berdasarkan tinjauan birokrasi pengambila keputusan. Dilihat dari sudut tinjauan ini, struktur ekonomi dapat dibedakan menjadi struktur ekonomi yang terpusat (sentralisasi) dan desentralisasi.
   Berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan, dapat dikaikan bahwa struktur perekonomian Indonesia selama era pembangunan jangka panjang tahap pertama adalah sentralistis. Dalam struktur ekonomi yang sentralistis pembuatan keputusannya lebih banyak ditetapkan oleh pemrintah pusat atau kalangan atas pemerintahan. Pemerintah daerah atau kalangan pemerintahan dibawah, beserta masyarakkkat dan mereka yang tidak memiliki akses ke pemrintahan pusat, cenderungnya mereka hanya menjadi pelaksana saja, dan dalam pembuatan perencanaan hanya sekedar sebagai pendengar.
Struktur birokrasi pengambilan keputusan yang sentralistis ini terpelihara rapi selama pemerintahan orde baru,  hal ini disebabkan oleh budaya atau kultur masyarakat Indonesia yang paternalistik. Walaupun Indonesia sudah merdeka stengah abad dan menuju era globalisasi namun budaya ini masih sulit untuk ditngalkan, dan bahkan cenderung dipertahankan.
Struktur perekonomian yang etatis dan sentralistis berkaitan erat. Pemerintah Pusat menganggap bahwa Pemerintah Daerah belum cukup mampu untuk diserahi tugas untuk melaksanakan pembangunan ekonomi. Argumentasi yang sering dijadikan legitimasi adalah karena sebagai negara sedang berkembang yang barau mulai melakukan proses pembangunan. Sehingga dalam kondisi yang demikian diperlukan peran sekaligus dukungan pemerintah sebagai agen pembangunan, sehingga menjadikannya etatis, dan sekaligus dibutuhkan pemerintahan yang kuat. Namun  demikian sejak awal pembangunan jangka panjang tahap kedua (PJP II) struktur perekonomian yang etatis dan sentralistis tersebut secara berangsur mulai berkurang kadarnya.
Keinginan untuk melakukan desentralisasi dan demokratisasi ekonomi makin besar. Perubahan rezim pemerintahan dari orde baru ke rezim pemerintahan era reformasi telah membawa angin segar bagi pemerintahan di daerah untuk melaksanakan pembangunan ekonomi. Hal ini seiring dengan mulai diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 dan telah diubah menjadi UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka terjadi perubahan struktur perekonomian yang etatis menjadi egaliter, yang tadinya sentralistis menjadi desentralistis.

 IV.            DINAMIKA SEJARAH PERTUMBUHAN EKONOMI
Dinamika sejarah pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak orde baru hingga sekarang dapat di singkat sebagai berikut:
§  Konsentrasi ekonomi pemerintahan ditujukan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan
§  Tahun 1966-1968 upaya-upaya pemulihan stabilitas ekonomi, sosial dan politik terutama rehabilitasi ekonomi
§  1969 repelita 1 ( rencana pembangunan lima tahun pertama) tujuan utama : membuat indonesia menjadi swasembada
Dampak awal cukup mengagumkan , laju pertumbuhan ekonomi rata rata 7%
§  Tahun 1980 an : perubahan sistem perekonomian dari sentralisasi menjadi desentralisasi, sektor swasta semakin besar, PMA berdatangan.
§  Pemerintahan transisi (1997-1998)
Pada  tahun 1997 terjadi krisis nilai tukar baht terhadap dollar , peristiwa ini kemudian menyeret situasi keuangan asia termasuk krisis yang melanda keuangan indonesia, indonesia kemudian meminta bantuan IMF namun situasi semakin buruk dengan melemahnya nilai rupiah, krisis diindonesia kemudian meluas kepada masalah tidak hanya moneter tetapi juga politik dan keamanan.
§  Pemerintahan reformasi (1999-2001)
Tahun 1999 Abdurahman wahid (Gus Dur) terpilih sebagai presiden, pada awal kepemimpinannya kepercayaan investor mulai membaik,
Tahun 2000 kondisi mulai stabil. Laju pertumbuhan hampir 5%, laju inflasi rendah, suku bunga bank indonesia rendah.
Tahun 2001 indikator ekonomi memburuk , kurs rupiah Rp 2000 menjadi Rp 7000 bahkan tahun 2001 mencapai Rp 10.000. cadangan devisa menurun dari US$29 milyar menjadi 28,87 milyar US$
§  Tahun 2008
Diinonesia imbas krisis mulai terasa menjelang akhir tahun 2008. Perekonomian indonesia masih dapat tumbuh sebesar 6,1%
§  Tahun 2015
Dalam beberapa bulan terakhir di tahun 2015 perekonomian indonesia ditingkat sektor riil , baik itu usaha kecil, menengah maupun besar mengalami kelesuan yang luar biasa.

§  Tahun 2016
Pada tahun ini beberapa menteri mengatakan bahwa ekonomi indonesia sedang baik baik saja. Selain itu anggaran kementrian yang saat ini dipangkas Rp. 133,8 triliun untuk penghematan negara guna membiayai proyek proyek prioritas.
§  Tahun 2017
Menghadapi kondisi ekonomi indonesia saat ini harus lebih berhati-hati . kehati-hatian ini tercermin pada kebijakan APBN 2017. Asumsinya sangat konservatif defisit APBN 2017  yang didesain pada 2,4% menggambarkan suatu keseimbangan . presiden mengiginkan APBN 2017 lebih banyak belanja pada aktifitas produktif , infrastruktur, human capital, pendidikan, kesehatan , dan transfer ke desa. Tahun 2017 ini kita tidak punya lagi tambahan penerimaan dari tax amnesty .

    V.            FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

Para ekonom aliran Klasik telah lama dan terus – menerus mempelajari gelaja pertumbuhan ekonomi. Karenanya, sangat baik untuk melihat pandangan mereka tentang faktor – faktor apa saja yang memengaruhi pertumbuhana ekonomi. Dalam pembahasan teori produksi (di pengantar teori ekonomi mikro), kita telah di perkenalkan dengan fungsi produksi Klasisk sederhana :
Q = f (K,L)
Dimana :
                                    Q     = output
                                    K     = barang modal
                                    L     = tenaga kerja
            Untuk analisis pertumbuhan ekonomi (analisis makro), model klasik tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut, sehingga kita dapat menulis persamaan,
Q = f (K,L,T,U,M,W,I)
Dimana :
            Q     = output atau PDB
            K    = barang modal
            L     = tenaga kerja
            T     = teknologi
            U     = uang
            M    = manajemen
            W    = kewirausahaan
             I     = informasi

            Persamaan diatas secara sederhana menunjukan faktor – faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Berikut kita bahas secara ringkas satu demi satu faktor – faktor penentu pertumbuhan ekonomi tersebut.

1.      Barang  Modal
Agar ekonomi bertumbuh, stok barang modal harus ditambah, karena itu salah satu upaya pokok untuk meningkatkan investasi. Yang juga harus diingat adalah pertumbuhan ekonomi baru dimungkinkan jika investasi neto lebih besar daripada nol. sebab jika investasi neto sama dengan nol perekonomian hanya bisa berproduksi pada tingkat sebelumnya . akan lebih baik lagi, jika penambahan kuantitas  barang modal juga disertai peningkatan kualitas.

2.      Tenaga Kerja
Sampai saat ini , khusus di negara sedang berkembang(NSG), tenaga kerja (TK) masih merupakan faktor produksi yang sangat dominan penambahan tenaga kerja umumnya sangat berpengaruh pada terhadap peningkatan output. Penambhan tenaga kerja akan terus meningkatkan output tergantung dari seberapa cepat terjadinya the law of deminising return (TLDL) cepat atau lambatnya proses TLDL ditentukan oleh kualitas SDM dan keterkaitan nya dengan kemajuan teknologi produksi.

3.      Teknologi
Penggunaan teknologi yang semakin tinggi sangat memacukan pertumbuhan ekonomi, salah satu konsep yang diajukan adalah penggunaan teknologi tepat guna.  dengan penggunaan teknologi ini, manusia dapat memanfaat kan secara optimal apa yang ada dalam diri dan lingkungan nya. Kelebihan penggunaan teknologi tepat guna adalah ditekan nya pemborosan penggunaan SDA atau energi dalam proses produksi

4.      Uang
Dalam perekonomian modern, uang memegang peranan dan fungsi sentral. Uang bagi perekonomian ibarat darah dalam tubuh manusia. Makin banyak uang yang digunakan dalam proses produksi, makin besar output yang dihasilkan tetapi dengan jumlah uang yang sama dapat dihasilkan output yang lebih besar jika penggunaan nya efisien, Uang sangat akan memberi kontribusi pertumbuhan ekonomi, yang penggunaan yang sangat efisien tingkat efisiensi penggunaan uang juga sangat ditentukan oleh tingkat efisiensi perbankan.

5.      Manajemen
Manajemen adalah peralatan yang sangat dibutuhkan untuk memperoleh perekonomian modern, terutama bagi perekonomian yang sangat  mengandalkan mekanisme pasar . sistem manajemen uyang baik jauh lebih berguna dibandingbarang modal yang banyak, uang yang berlimpah dan teknologi tinggi.

6.      Kewirausahaan (enterpreneurship)
Kewirausahaan adalah kemampuan dan keberanian mengambil resiko guna memperoleh keuntungan perjiraan yang matang bahwa input yang dikombinasikan nya akan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat . kemampuan mengkombinasikan input dapat disebut sebagai kemampuan inovasi

7.      Informasi
Pentingnya informasi sebagai syarat agar pasar berfungsi sebagai alat alokasi sumberdaya ilmiah efisien. Kegagalan pasar merupakan akibat tidak dipenuhinya informasi yang sempurna dan seimbang. Semakin banyak, semakin benar dan semakin seimbang informasi para pelaku ekonomi dapat mengambil keputusan dengan lebih cepat dan lebih baik. dengan sumber daya dihasilkan output yang lebih banyak karena informasi sangat menunjang pertumbuhan ekonomi.

 VI.            Kebijakan Pemerintah terhadap Penentu Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terlepas dari peran pemerintah yang memiliki peran penting karena pemerintah menjalankan kekuasaan negara. Berikut kita akan bahas beberapa kebijakan – kebijakan pemerintah dalam faktor penentu pertumbuhan ekonomi Indonesia.
1.      Kebijakan Fiskal terhadap Kesempatan Kerja  bagi Tenaga Kerja
Menurut Keynes, kebijakan fiskal sangat penting untuk mengatasi pengangguran yang relatif serius. Melalui kebijakan fiskal pengeluaran agregat dapat ditambah dan langkah ini akan menaikkan pendapatan nasional dan tingkat penggunaan tenaga kerja.
Di bidang perpajakan, langkah yang perlu dilaksanakan adalah mengurangi pajak pendapatan. Pengurangan pajak pendapatan ini akan menambah kemampuan masyarakat untuk membeli barang dan jasa dan akan meningkatkan pengeluaran agregat.
Selanjutnya, pengeluaran agregat dapat lebih ditingkatkan lagi dengan cara menaikkan pengeluaran pemerintah – untuk membeli barang dan jasa yang diperlukannya maupun untuk menambah investasi pemerintah
Secara umum tujuan pelaksanaan kebijakan fiskal ialah untuk menentukan arah, tujuan, dan prioritas pembangunan nasional serta pertumbuhan ekonomi agar sesuai dengan Program Pembangunan Nasional (Propenas) yang pada gilirannya akan meningkatkan kemakmuran masyarakat. Tujuan tersebut ditempuh dengan:
a.       Meningkatkan laju investasi.
b.      Meningkatkan kesempatan kerja.
c.       Mendorong investasi optimal secara sosial.
d.      Meningkatkan stabilitas di tengah ketidakstabilan ekonomi internasional.

2.      Kebijakan Moneter terhadap Uang dan Tenaga Kerja.
Kebijakan moneter adalah kebijakan pemerintah yang berkaiatan dengan uang. kebijakan moneter adalah langkah-langkah pemerintah dalam hal ini bank sentral (di Indonesia bernama Bank Indonesia) untuk mengatur ketersediaan uang yang beredar demi kestabilan keuangan dan perekonomian (moneter) negara. Cara menstabilkan keuangan yang beredar dimasyarakat bisa menggunakan instrumen-instrumen kebijakan ekonomi, diantara instrumen-instrumen tersebut adalah kebijakan diskonto, sario cadangan minimum, dan maksimum pemberian kredit, dan moral suasion. Dengan begini jumlah uang yang beredar di masyarakat dapat dikontrol. Perubahan jumlah uang yang beredar di masyarakat diharapkan dapat memperbaiki pertumbuhan ekonomi masyarakat dan nasional. Kebijakan moneter dikatakan berhasil jika terjadi peningkatan kesempatan dan penyerapan tenaga kerja, perbaikan neraca pembayaran, dan kestabilan harga di pasaran.

3.      Produsen – produsen yang menghasilkan substitusi impor barang baku dan barang modal.
Produsen – produsen lokal yang dapat menghasilkan substitusi impor barang baku dan barang modal itu sangat bagus karena dapat merangsang geliat industri hulu dan penunjang juga dapat menekan defisit neraca perdagangan. Peningkatan subtitusi impor oleh produk lokal kemungkinan terpengaruh pembatasan ekspor bahan mentah. Kebijakan ini mendorong produsen mengalihkan penjualan ke industri domestik, sehingga pembelian dari luar negeri berkurang. Kemudian pemerintah memberikan usul insentif khusus untuk mendorong penumbuhan industri subtitusi impor. Harus ada peningkatan kinerja industri karena sektor ini menghasilkan bahan baku yang diserap industri andalan maupun pendukung.

VII.            Perubahan Struktur Ekonomi dan Dampak terhadap rakyat Indonesia

Perubahan Struktur Ekonomi
Perubahan struktur ekonomi pada umumnya transformasi struktural. Yang didefinisikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu sama lainnya dalam komposisi permintaan agregat , perdagangan luar negeri(ekspor- Impor), penawaran agregat (produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ada 2 teori utama yang umum digunakan dalam menganalisa perubahan struktur ekonomi, yaitu :
·         Teori Lewis (Migrasi)
Membahas proses pembangunan yang terjadi dipedesaan yang didominasi oleh sektor pertanian dan perekonomian modern diperkotaan dengan industri sebagai sektor utama.
·         Teori Horis Chenery (Teori Transformasi Struktural)
Proses trasformasi struktural akan mencapai taraf yang paling cepat bila pergeseran pola permintaan domestik kearah output industri manufaktur diperkuat oleh perubahan yang serupa dalam komposisi pedagangan luar negeri (ekspor).

Dampak perubahan struktur ekonomi terhadap rakyat Indonesia
Terdapat beberapa dampak bagi rakya yang terjadi akibat perubahan struktur ekonomi diantaranya sebagai berikut:
1)      Pengangguran struktural. Penganguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan dari perubahan struktural ekonomi, misalnya dari ekonomi yang bersifat agraris bergeser ke ekonomi industri. Pergeseran ini lebih menitikberatkan penyesuaian karakter dan budaya pekerja sektor industri. Untuk mengatasi pengangguran strukturaldiperlukan berbagai langkah seperti pengadaan pendidikan dan pelatihan dan sebagai persiapan untuk berkarier pada pekerjaan yang baru. Meningkatkan mobilitas tenaga kerja dan modal yang ada, dan mendirikan industri yang bersifat padat karya, sehingga mampu menampung tenaga kerja yang menganggur.
2)      Perubahan struktur dari struktur agraris berubah ke struktur industri. Memiliki dampak negatif yaitu berkurangnya lahan pertanian yang digantikan dengan industri.

VIII.            CONTOH KASUS
Indonesia's GDP growth slows to 4.9% in Q4   
7 Februari 2017
JAKARTA • Indonesia's gross domestic product grew 4.94 per cent in the fourth quarter to mark the slowest pace since the opening three months of last year, as household consumption cooled and government spending contracted, data showed yesterday.
South-east Asia's largest economy also faces uncertainty surrounding US policies under President Donald Trump and in one of its other main trading partners China, even as a spate of interest rate cuts last year should start to pay dividends by supporting investment.
Indonesia's economy grew 4.94 per cent on an annual basis in October to December, data from the statistics bureau showed, compared with 5.01 per cent in the preceding quarter.
The growth rate was below the median forecast of a Reuters poll of 5.07 per cent.
GDP expanded 5.02 per cent last year, up from a revised 4.88 per cent in 2015, the bureau also said. The poll had expected a full-year growth rate of 5.03 per cent.
The government originally set a 5.3 per cent growth target, but near the end of the year, officials said growth might only be 5 per cent.
Growth in the fourth quarter was helped by firmer commodity prices that increased exports, while government spending and investment contracted.
Meanwhile, the government spent 223.4 trillion rupiah less than planned last year, taking a toll on GDP expansion. "While we think the worst is now over, with commodity prices likely to remain depressed and policymakers running out of scope to stimulate the economy further, we expect growth to remain stuck at around 5 per cent over the next couple of years," Mr Gareth Leather, an economist at Capital Economics, said in a report.
The central bank, which has cut key interest rates six times last year to help growth, may have limited room to boost growth this year, as it expects inflationary pressure at home amid global uncertainties, mainly from the US.
Bank Indonesia (BI) is taking a "cautiously accommodative" monetary stance, from its previous bias toward easing, Governor Agus Martowardojo said last Friday.
BI cut its benchmark rate by a total of 150 basis points to 4.75 per cent.
The government set its economic growth target this year at 5.1 per cent, though it is describing this as conservative. Ten analysts in a Reuters poll last week gave a median forecast of 5.2 per cent for growth this year.

Analisis kasus
Menurut kami apa yang dilakukan pemerintah dan BI sudah tepat dalam hal mengendalikan pertumbuhan ekonomi indonesia. Dari kasus di atas kita dapat melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada quartal ke-4 mengalami laju pertumbuhan paling lamban sejak pembukaan 3 bulan tahun terakhir, hal itu karena konsumsi rumah tangga dan pengeluaran pemerintah dibatasi.
            Perkembangan ekonomi 4,94% pada Oktober sampai Desember lebih kecil dibandingkan pada quartel sebelum sebesar 5,01% pada tahun 2015 PDB tumbuh sebesar 5,02% dari tahun lalu sebesar 4,88% . Awalnya pemerintah menetapkan 5,3 % pertumbuhan tetapi mendekati akhir tahun PDB hanya naik 5% .
            Peningkatan 5 % dikarenakan pengeluaran  indonesia yang kurang dari 223,4 triliun dan pemerintah menerapkan kebijakan tetap pada angka 5%. Bank sentral yang telah memangkas suku bunga acuan sebesar 6x untuk membantu pertumbuhan ekonomi, namun pertumbuhan ekonomi akan terhambat karena inflasi dan tidak kepastian global terutama amerika serikat. Oleh karena itu BI telah melakukan tindakan  dengan pemangkasan suku bunga acuan.










Referensi






MANFAAT MEMPELAJARI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

A.     Pengertian Manajemen Sumber daya Manusia Gary Dessler (2000) menjelaskan bahwa MSDM adalah kebijakan dan praktik yang dibutuhkan ...